Setiap kali datang ke daerah yang baru, selalu ada keinginan untuk segera menjelajah di daerah tersebut. Ingin tahu tentang budaya setempat, mengunjungi tempat-tempat wisatanya, dan tentu saja mencicipi kuliner khasnya!
Saat tiba di Makassar, setelah melepas letih dari perjalanan panjang kepindahan kami dari Palangkaraya Kalimantan Tengah, kami pun segera berjalan-jalan keliling kota. Kuliner Makassar yang pertama kami cicipi adalah pisang epe di tepi pantai Losari.
Pisang epe adalah pisang kepok yang dibakar lalu disiram saus gula merah kental yang sudah dicampur seikit daging buah durian. Disajikan dengan taburan sesuai selera: keju, keju coklat, coklat, atau durian.
Pisang epe coklat keju |
Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari biasa pasukan riweuh seperti keluarga lainnya. Bedanya, setiap ada kesempatan, kami akan pergi berwisata dan wisata kuliner tentunya. Iya doong! Mumpung lagi di Makassar nih!
Ternyata oh ternyata ... kuliner Makassar itu luar biasa banyak! Rasanya juga enak! Wah, kami sampai bingung mau coba yang mana. Berikut adalah hasil perburuan kuliner kami di Makassar yang dikategorikan berdasarkan bahan makanannya.
Masakan dari daging
Kuliner Makassar berbahan daging sangat populer. Semua pasti pernah mendengar coto makassar dan sop konro bukan? Di kota Makassar, kedua hidangan tersebut sangat mudah ditemui di banyak rumah makan di pingir jalan raya dan di lingkungan perumahan.
Banyak penjual masakan berbahan dasar daging sapi tersebut, membuat saya sempat kewalahan jika ingin mendapatkan daging sapi segar di pasar tradisional terdekat. Jika datang kesiangan dan kehabisan daging di pasar, saya terpaksa membeli daging sapi mentah di hypermarket dengan harga lebih mahal.
Menurut dugaan saya, barangkali semua stok daging sudah diborong oleh pengusaha rumah makan, maka daging sapi mentah yang dijual di pasar tradisional jadi terbatas. Atau mungkin, mungkin ini ya, daripada memasak sendiri coto makassar di rumah, lebih baik membeli matangnya saja di warung, praktis dan tidak repot.
1. Coto Makassar
Coto makassar di dekat rumah kontrakan kami bisa dibeli dengan harga Rp.5000/porsi saja. Isinya daging, paru dan hati sapi. Karena murah, jangan harap dapat isi yang banyak ya :P
Coto makassar |
2. Sop Sodara
Sop sodara berbeda dengan coto makassar yang berkuah kental. Sop sodara kuahnya bening, bumbunya jelas berbeda. Isinya ada daging, paru, hati, jeroan, bihun dan perkedel. Kenapa namanya sop sodara? Mungkin biasa dimakan beramai-ramai sehingga akrab seperti sodara *emak ngarang bebas* mohon diralat kalau salah :)
Sop sodara |
3. Pallubasa
Nah kalau yang ini favoritnya Aa Dilshad dan Bapa (emaknya juga! Aaah si emak ikutan aja). Kenapa? Soalnya rasa pallubasa mengingatkan kami pada empal gentong dari Cirebon itu.
Pallubasa |
Pallubasa hampir mirip dengan empal gentong. Keduanya sama-sama menggunakan kelapa parut sangrai untuk kuahnya. Bedanya, kalau pallubasa saat setelah matang, si kelapa sangrai tidak diangkat dari panci. Sedangkan empal gentong tanpa parutan kelapa, alias parutan kelapa tersebut sudah diangkat. Jadi dalam kuah pallubasa terasa sekali ada 'bribikan' kelapa.
Ada yang unik nih. Saat memesan pallubasa, kita bisa meminta kuning telur mentah (disebutnya: alas) yang diceplok langsung di kuahnya. Kuning telur tersebut langsung matang, tidak terasa amis. Enak juga ternyata. Jika diaduk-aduk, alas atau kuning telur tersebut menjadi hancur dan melebur bersama kuah pallubasa.
4. Sop Konro
Kami mengunjungi tempat makan sop konro karebossi yang terkenal itu. Tidak lama menunggu, pesanan kami datang dalam piring. What? Sop kok ditaruh di piring? Iya, soalnya kalau ditaruh di mangkok ya enggak muat
Sop konro |
Iga berikut tulangnya ini berukuran besar lho! Mantap! Sayang, menurut saya kuahnya kurang panas, jadi daging yang berlemaknya cepat dingin. Biar nikmat, makannya jadi buru-buru deh, takut si lemak membeku di kuah yang bisa bikin eneg.
5. Iga Bakar
Masih di tempat yang sama, sambil makan sop konro, kami juga mencicipi iga bakar. Wooww langsung ngiler lihat iga ukuran besar ini yang nangkring di piring. Dengan bumbu yang sama seperti bumbu sate. Benar-benar lezat!
Iga bakar |
Menurut saya sih, agak sedikit alot, jadi makannya kayak ngajak berantem gitu. Atau saya aja yah yang sudah tua, karena giginya sudah tidak sanggup mengunyah daging? Hehehe.
Masakan dari ikan
Banyak kuliner berbahan olahan hasil laut (terutama ikan) di Makassar yang terletak di tepi pantai ini. Ikan laut di Makassar banyak ragamnya. Namanya juga unik-unik sehingga saya kesulitan untuk menghafal. Tidak ketinggalan masih ada udang, cumi-cumi, kerang dan kepiting. Beberapa jenis ikan laut bahkan hanya bisa ditemui di perairan Sulawesi saja.
1. Ikan bakar dengan sambal dabu-dabu
Saya bingung saat pertama kali bertemu dengan ikan bakar di Makassar. Kenapa ikannya berwarna pucat ya? Maklum, saya biasa melihat ikan bakar di pulau Jawa yang warnanya gosong kecoklatan karena pakai kecap. Atau ikan bakar di Kalimantan yang berwarna gosong kemerahan karena bumbu habang (saus merah). Ternyata ikan bakar di Makassar langsung dibakar dengan diulas sedikit garam dan jeruk nipis, jadi warnanya putih sesuai warna daging ikan.
Ikan bakar dan sambal dabu-dabu |
Jika dicicipi langsung, ikan bakar kadang terasa hambar (kan tidak pakai bumbu). Meskipun rasa ikan bakarnya kurang enak kalau dimakan begitu saja, tapi kalau sudah berkolaborasi dengan sambal dabu-dabu... rasanya mantap!
Sambal dabu-dabu. Waktu pelayan restoran menaruh banyak mangkok-mangkok kecil di meja makan, saya malah bingung. Kok sambalnya ada banyak? Selain sambal, ada mangkok isi kuah coklat muda pekat yang ternyata adalah petis, juga ada irisan tomat hijau, mangga muda, dan daun kemangi.
Setelah melirik pengunjung restoran lain di meja sebelah, ooohh rupanya begitu ya, harus meracik sendiri! Hihi...maklum, kami kan wisata kulinernya tanpa guide, jadi harus mencari tahu sendiri. Benar juga, dengan meracik sendiri, hasilnya akan sesuai dengan selera kita. Mau pedes banget, banyakin sambal. Mau asam, kasih mangga muda yang banyak. Mau lebih manis, tambahkan petis lagi. Waahh....dijamin langsung tambah nasi berkali-kali deh!
2. Woku
Hidangan ikan berkuah ini rasanya pedas dan asam. Sungguh menyegarkan! Biasanya kami selalu memesan jenis ikan kakap merah untuk dimasak woku. Kenapa? Saran dari pihak restorannya, katanya lebih enak. Ternyata benar!
Woku |
Kuahnya kental berwarna merah (karena pakai cabai), potongan ikan yang besar-besar bersatu dengan potongan cabai rawit utuh, daun kemangi dan tomat keriting yang bentuknya unik itu. Jika ingin lebih pedas, tinggal gigit saja cabai rawit yang berenang bebas itu. Tapi buat kami, engga deh, soalnya memang pedes banget!
Lezatnya woku membuat saya penasaran ingin membuatnya sendiri di rumah. Hasilnya...yah lumayan lah untuk ukuran tukang masak yang resepnya ngarang sendiri. Jika tidak seenak yang di restoran ya harap maklum, hehe.
3. Pallumara
Pallumara juga hidangan ikan berkuah. Seperti woku, untuk pallumara kami juga memilih jenis ikan kakap merah. Rasa pallumara asam dan tidak pedas. Warna kuahnya kuning kerena dimasak memakai bumbu kunyit, tanpa cabai merah dan tanpa kemangi. Jika ingin pedas, silahkan gigit cabai rawit utuh yang juga ada di kuah pallumara ini.
Pallumara |
4. Pallu kaloa
Masih hidangan ikan berkuah. Pallu kaloa adalah ikan yang dimasak dengan kuah kecoklatan yang menurut dugaan saya adalah kluwek. Ditambah sedikit perasan jeruk nipis dan sambal yang disediakan di meja, hmmm...mulai deh makan sambil membongkar daging ikan ini dengan nikmat.
Pallu kaloa |
Tidak seperti woku dan pallumara yang disajikan di mangkok sebesar panci (kita mengambil sendiri secukupnya). Menyajikan pallu kalloa di rumah makan langsung dihidangkan per porsi menggunakan piring. Satu orang dapat bagian setengah kepala dan sepotong bagian badan ikan. Itu juga sudah banyak banget lho...dijamin kenyang.
5. Ikan Kudu-kudu
Ikan apa yang suka maksa? Ya ikan kudu-kudu, kan dia ikan harus-harus...hehe...maksa banget ya tebakannya. Ikan kudu-kudu adalah ikan unik berbentuk kotak yang hanya ada di perairan Sulawesi. Orang bule menyebutnya: box fish. Ada juga yang menyebutnya ikan helikopter.
Ikan kudu-kudu goreng tepung |
Ikan ini kulitnya keras seperti batok kelapa,namun memiliki daging yang lembut. Sesuai saran mbak pelayan di restoran, kami memilih ikan kudu-kudu goreng tepung. Begitu datang, si ikan terlihat berdiri utuh. Ternyata badannya sudah dibelah dua. Saat dibuka, daging ikan yang sudah digoreng tepung krispi ternyata 'ngumpet' disitu.
Seru deh kalau makan ikan ini bareng anak-anak, mereka suka dan tertarik dengan bentuk gendut si ikan kudu-kudu! Anak-anak malah mengetuk-ngetuk kulitnya yang keras itu. Setelah dicicipi, rasa ikan ini seperti ayam dan teksturnya lembut! Cocok buat anak-anak.
6. Kappurung
Kami berkunjung ke restoran khas masakan Palopo, di Makassar. Penasaran, ingin mencicipi yang namanya kappurung. Meski bukan masakan khas Makassar, namun hidangan ini cukup terkenal di kota Makassar.
Kappurung |
Kappurung dihidangkan setelah kami menunggu cukup lama. Mangkuk berisi bola2 sagu lembut (kami menyebutnya: aci) dalam kuah ikan yang asam. Dilengkapi dengan kangkung, jantung pisang, bunga honje, mangga muda, ikan suwir, udang, terus...apa lagi ya...ada terongnya juga kayaknya.
Pertama mencoba, memang terasa ajaib buat lidah kami yang 'nyunda' ini. Kami malah teringat sama cilok, hehe... Bedanya dengan cilok si aci dicolok yang bulat kenyal, si bola-bola aci ini lebih 'keyer-keyer; dibanding cilok. Apa tuh keyer-keyer, hihi.
Karena kenyal dan kerap lari-lari saat mau dikunyah, akhirnya kami tinggalkan saja itu bola-bola aci. Bolanya kabur melulu.
Meski merasa tidak nyambung dengan si bola-bola aci, kuah kappurung ini lumayan enak! Rasanya asam. Kalau ditambah sambal dan jeruk nipis, rasanya jadi mirip tom yam lhoo.
7. Otak-otak ikan tenggiri
Pertama mencicipi otak-otak ikan tenggiri khas Makassar, saya merasa kurang sreg dengan rasanya karena terbiasa dengan otak-otak pipih sambal kacang di Jakarta. Terutama karena merasa 'aneh' dengan sambal petisnya. Tapi lama-lama, setelah terbiasa, eehh malah ketagihan!
Otak-otak tenggiri |
Setelah mencoba beberapa tempat yang menjual otak-otak ikan tenggiri di Makassar, akhirnya kami merasa cocok dengan otak-otak di toko Yenny Gosal di Jln.Ince Nurdin No.1 Makassar. Menurut saya, otak-otaknya tidak kebanyakan merica seperti yang lainnya. Ukurannya juga lebih gendut (nahh ini diaaa), dan pedas sambal petisnya pas. Karena ramai pesanan, otak-otak di sini tidak dijual langsung, melainkan harus memesan dulu 1-2 hari sebelumnya.
Otak-otak Yeni Gosal |
Minuman khas Makassar
Belum puas rasanya kalau belum mencicipi minuman khas dari Makassar. Selain makanannya yang lezat-lezat. Minumannya juga tidak kalah unik dan segar lho!
1. Es Pisang ijo
Kami suka es pisang ijo. Langganan kami adalah es pisang ijo yang mangkal di depan komplek. Ada penjual es pisang ijo yang terkenal, maaf saya lupa dimana lokasinya, dan menurut saya sama saja enaknya, bedanya ukuran pisangnya yang lebih besar.
Es pisang ijo |
Dalam es pisang ijo ini pemeran utamanya adalah ya pisang tentunya. Si pisang ini dipakaikan 'jaket' adonan tepung hunkwe berwarna hijau, dikukus, dipotong-potong, disiram sirup merah dan diberi serutan es.
Pelengkapnya ada irisan nangka dan biji mutiara (anak-anak bilang: mutiara kucing, karena di bungkus mutiara mentah ada gambar kucingnya).
Es pisang ijo sangat segar dinikmati saat hari sedang panas. Dalam semangkuk biasanya ada 2 pisang yang sudah dipotong-potong. Atau 3 buah pisang, bila ukurannya kebetulan kecil. Nah, kalau sudah makan es pisang ijo dijamin kenyang banget, ya iya lah...pakai pisang gitu loh.
2. Es buah
Ketika membeli es buah di Makassar, saya sedikit kaget. Kok tidak seperti yang saya bayangkan: sirup bening dengan aneka potongan buah. Yang datang ternyata adalah gelas berisi sirup gula merah, pepaya, nangka, ager2, cendol, biji mutiara, kelapa, dan kacang disko! Ajaib kan? Es buah tapi pakai kacang, aih...unik!
es buah atau es teler? |
Mbak Renny, teman kost yang pernah tinggal di Makassar bilang kalau itu bukan es buah, melainkan es teler ala Makassar. Lha, yang jual bilangnya es buah kok. Yang bener yang mana nih? Ah bae lah....yang penting enak kok :P
3. Sarabba
Saat malam hari dan udara terasa dingin, menikmati minuman hangat bernama sarabba adalah pilihan yang tepat. Ketika pertama mencicipinya, seketika kami teringat dengan bandrek dan bajigur. Mirip bandrek? Hampir. Bandrek dan sarabba sama-sama minuman hangat dari jahe. Bedanya, sarabba ini kok terasa panas di tenggorokan dan agak pedas! Mungkin pakai sedikit cabai ya bikinnya?
Sarabba |
Membeli sarabba ternyata dijual satu paket dengan sepiring gorengan dengan harga hanya Rp.5000! Gorengannya ada 5 potong. Ada pisang goreng dan singkong goreng. Uniknya, makan gorengan ini dicocol dengan sambal terasi! Wah...itulah pertama kalinya saya makan pisang goreng yang rasanya manis pakai sambal. Aneh, tapi enak juga ternyata. Mana sambalnya pedes banget lagi. Makan pedes, minum juga pedes :D
4. Es Pallu butung
Maaf, tidak ada foto untuk jenis minuman yang satu ini. Soalnya saya belum sempat mencicipinya. Menurut Bapa, es pallu butung sama saja dengan es pisang ijo. Bedanya, si pisang tidak pakai 'jaket' ijo alias tanpa dilapis tepung hunkwe. Keterbatasan waktu plus ketidaktertarikan untuk mencoba saat itu membuat es pallu butung lewat dari icip-icip kuliner saya.
Kue dan kudapan ringan
Kue-kue dan kudapan ringan khas Makassar itu banyak sekali. Berhubung saya orangnya tidak terlalu suka dengan kue (lebih suka makanan yang 'berat', hehe), jadi tidak banyak kue-kue khas yang sempat saya cicipi. Ini hanya sebagian kecil diantaranya:
1. Surabing dan Dange
Surabing (sebelah kiri pada foto) adalah kue yang mirip dengan surabi, hanya saja ukurannya lebih kecil. Disajikan dengan sedikit sirup gula merah (yang dibungkus plastik kecil).
Surabing dan dange |
Dange terbuat dari ketan hitam yang dicampur kelapa parut. Dimasak pada alat cetakan kue pukis atau bandros. Karena pakai kelapa parut, saat digigit ada rasa kres-kres gitu.
2. Roti Maros
Roti ini menjadi ciri khas Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan yang letaknya tidak jauh dari Kota Makassar. Bapa membawa roti ini ketika pulang dari Maros.
Roti maros |
Rotinya seperti roti kasur. Tekstur rotinya lembut. Yang dibeli Bapa rotinya berisi selai sarikaya yang manis (pasti ada rasa yang lain). Mohon maaf, pada foto terlihat si roti dalam kotak sudah tercuil satu potong...dan pelakunya tidak lain dan tidak bukan adalah....*ngumpet*
3. Jalangkote
Jalangkote adalah pastel gendut menurut saya. Sama seperti pastel, jalangkote berukuran lebih besar dan isinya lebih banyak. Lebih gendut jadinya kan. Isi jalangkote: potongan telor rebus, wortel, mie, kentang atau ubi. Karbohidrat semua ya? Wuih, super kenyang deh kalau sudah makan satu. Jalangkote ini dimakan bersama saus pedas asam manis yang agak encer.
Jalangkote |
Sayang, Aa Dilshad punya pengalaman buruk dengan jalangkote. Gara-gara saus jalangkote, Aa kena diare dan muntah-muntah parah. Sejak itu (sampai sekarang) Aa jadi trauma melihat jalangkote, juga terhadap kembarannya, yaitu kue pastel. Mudah-mudahan trauma Aa lekas sembuh.
4. Gogos
Gogos adalah ketan hitam yang dibungkus daun. Jika dilihat dari bungkus daunnya yang agak gosong, mungkin cara memasaknya dibakar dulu. Uniknya, teman makan si gogos ini adalah...telur asin!
Gogos dan telor asin |
5. Duri duriang
Duri duriang ini kue kering yang ukurannya besar. Bentuknya lucu, gendut dan sedikit berduri-duri.Ukurannya sebesar telur ayam. Isinya gula merah.
Duri duriang |
Kenapa bisa berduri-duri? Mungkin supaya mirip binatang landak. Cara membuat duri-duri: selagi adonan basah, dibentuk bulat, ujungnya dibentuk agak lancip, lalu bagian punggungnya dibentuk duri dengan digunting-gunting sedikit sebelum dipanggang. Eh bener ngga sih? Asli ngarang soalnya :P
6. Barongko
Barongko seperti papais kata orang Sunda. Kue yang dibungkus daun lalu dikukus. Penampilannya seperti pepes. Isinya pisang yang sudah dilumatkan lalu dicampur santan dan telur.
Barongko |
Saya pertama kali mencicipi barongko saat ada acara aqiqah di rumah tetangga. Pada acara tersebut, para tamu disuguhkan makanan berupa nasi dan luk puknya di meja prasmanan. Sedangkan aneka kue-kue khas di meja ruang tamu. Nah, di meja penuh kue-kue itulah barongko yang terlihat paling laris.
Saya mencicipi barongko, hmm enak. Saya tertarik untuk mencoba kue-kue lainnya, ada yang seperti kue talam, ketan hitam, dll. Sayang, saya tidak bisa bawa pulang dan memfotonya. Malu sama tuan rumah :P
7. Dappa Tektekan
Dappa tektekan adalah kue khas dari daerah Enrekang. Rasanya manis. Enak, palagi kalau dimakan hangat-hangat.
Dappa tektekan |
Kami membeli kue ini saat perjalanan pulang dari Toraja menuju Makassar. Penjaja kue ini berjajar di pinggir jalan. Kuenya diambil langsung dari panci besar (yang semula saya kira isinya masakan berkuah). Panci itu ternyata panci kukusan dan dappa tektekan ditaruh didalamnya, supaya tetap hangat.
Melihat dappa tektekan ini saya teringat dengan kueh ali. Ternyata rasanya sama! Cuma beda bentuknya, kalau kueh ali berbentuk cincin, dappa tektekan bentuknya lonjong.
8. Panada
Panada adalah kue khas Manado yang juga banyak dijajakan di Makassar. Roti goreng isi cincangan wortel dan ikan tongkol pedas ini juga sempat jadi kesukaan saya. Berhubung saya datang kesiangan terus untuk membeli kue ke depan komplek, saya tidak sempat membeli panada dan memfotonya. Oh ya, panada ini rasanya pedas lho!
Buah-buahan
Mengenai buah-buahan lokal di kota Makassar saya kurang paham buah apa saja yang unik di daerah ini. Berikut adalah buah lokal di kota Makassar yang sempat saya cicipi.
1. Durian Palopo
Durian palopo sama seperti durian lainnya. Bentuknya tidak terlalu besar, rasanya juga yah lumayanlah. Saya tidak bisa memberi banyak komentar, soalnya saya bukan penggemar berat buah durian.
2. Buah Talak
Buah talak ini katanya adalah buah lontar (saya juga belum pernah melihat buah lontar). Rasanya seperti kelapa muda dan agak manis. Saya teringat dengan kolang-kaling, tapi buah talak ini lebih lembek.
Penjual buah talak membawa buah ini dalam keranjang pikulan. Saya lupa apa yang diteriakkan bapak penjualnya. Saya mencegatnya dan bertanya apa yang ia jual. Buah talak yang dijual harganya Rp.2000 per bungkus.
Tidak hanya pada penjual buah talak. Saya juga sering mencegat penjual makanan yang melintas di depan rumah meskipun saya tidak tahu apa yang dijualnya. Yah namanya juga ingin mencoba jenis-jenis makanan baru :)
Lain-lain
Kuliner berikut saya masukkan pada kategori 'lain-lain'. Sebenarnya saya menurut saya makanan-makanan ini termasuk 'cemilan' *maklum emak selalu lapar*....Yap betul, cemilan yang mengenyangkan :D
1. Mi TIti
Mi titi adalah mi berbentuk lidi, digoreng kering, kemudian disiram tumisan ayam dan sayuran dengan kuah kental. Saat dimakan mi terasa renyah. Tambahkan sambal dan perasan jeruk nipis agar lebih nikmat.
Mie titi |
Mirip dengan ifu mi ya? Memang benar. Bedanya kalau ifu mi pakai mi kuning atau mi telur sedangkan mi titi pakai mi yang kecil dan lurus seperti lidi.
Saya pertama kali mencoba mi titi khas Makassar justru bukan di Makassar, melainkan di Denpasar. Di Denpasar ada kedai mi titi yang terkenal di Jalan Teuku Umar. Di tempat tersebut mi titi-nya menurut saya sama saja dengan ifu mi.
Jadi, ketika saya mencoba mi titi asli, saya malah kaget, tidak menyangka ternyata mi nya seperti lidi. Oh ya, satu hal lagi, sebelum memesan mi titi, pesanlah yang porsi kecil. Bila pesan yang porsi besar lalu tidak habis, kan sayang jadi mubazir. Yang porsi kecil saja sudah banyak dan mengenyangkan lho.
2. Nyuknyang
Santy, teman SMA saya yang juga pernah tinggal di Makassar, menyarankan saya mencicipi nyuknyang. Mendengar nama makanannya, saya sempat curiga kalau makanan ini tidak halal.
Nyuknyang |
Kemudian saya cari dan menemukan ada penjual nyuknyang di ruko di depan komplek. Yak, langsung saja saya coba. Oooh rupanya nyuknyang itu bakso! Mirip bakso malang. Bedanya baksonya ada 2 macam, yang hitam (agak gelap maksudnya) dan yang putih (yang berwarna lebih pucat). Yang hitam ternyata lebih seperti bakso urat dan yang putih adalah bakso polosnya.
Satu hal yang tidak boleh ketinggalan: jeruk nipis! Jika makan coto, sop konro, ikan bakar, bakso, mi ayam di Makassar pasti selalu ada jeruk nipis sebagai pelengkapnya. Belum pernah kan, makan bakso pakai jeruk nipis? Cobain deh! Mulanya belum terbiasa dan rasanya bakso kok jadi kayak soto, pakai jeruk nipis segala. Tapi lama-lama saya saja jadi suka...enak!
3. Bassang
Bassang adalah bubur yang terbuat dari jagung putih tulang dan biasa dimakan untuk sarapan. Penjual bassang membawa panci besar dibelakang sepeda motornya.
Bassang |
Teh Elsa, senior di kampus yang jago bikin masakan Makassar, menjelaskan cara membuat bassang lewat komentar di facebook. Caranya: jagung muda yang putih dipipil, lalu direndam dulu, kemudian dimasak dengan direbus pakai santan dan daun pandan serta sedikit garam. Setelah lunak dan matang, hidangkan dengan ditaburi gula putih.
Semangkuk bassang saya beli hanya Rp.2000 saja. Aih, murah betul! Padahal proses pembuatannya ini lama, lho. Menurut daeng penjual sayur langganan, membuat bassang merebusnya bisa sampai semalaman. Betul daeng?
Saat menyantap bassang, saya suka dengan 'geruntulan' putih lembut sebesar kelereng. Rupanya itulah si jagung putihnya. Dalam bassang juga terselip warna kuning dari jagung yang sudah tua. Sarapan yang nikmat!
Alhamdulillah...saya bersyukur diberi kesempatan untuk tinggal sejenak di kota Makassar. Waktu berlalu begitu cepat, berakhir sudah petualangan kuliner kami di Makassar. Pasukan riweuh harus kembali berpindah tempat tinggal. Semua yang saya tulis belum seberapa.
Mohon maaf bila ada keterangan makanan di atas kurang lengkap dan ada kesalahan dalam penulisannya. Masih banyak sekali kuliner khas Makassar yang belum saya ketahui dan belum sempat kami cicipi. Mudah-mudahan suatu saat nanti kami bisa kembali ke Makassar dan kembali menyerbu kuliner Makassar yang luar biasa enak-enak semua itu... nyamanna!!!
ada bbrp yg sy udah tau.. dan iga bakar salah satu kesukaan sy.. tp kl liat foto2 disini kyknya semuanya enak2 yaaa.. ^^
BalasHapusHai mom ke2nai :) memang semuanya enak :D Ini memang belum seberapa, masih bnyk yg belum sempat dicoba, dan pastinya ga kalah yummy ^_^
BalasHapusMaak, ada beberapa yang belum saya cicipi lho, kalah saya sama emak. Macam yang daging2 itu nomor 3,4,5 belum pernah saya cicipi. Gak berminat mak hehehe. Lucu ya :)
BalasHapusSayang ya kita belum kenalan di tahun lalu :)
saya memang 'kalap' ingin mencicipi semua kuliner setiap tiba di tempat rantau yg baru. Subhanallah, di Makassar sampai bingung karena makanannya banyaaakk :D
HapusIya, kalau sudah ketemu, pasti bisa makan2 bareng :)
Hmmmm...jd kangeeeeeennnnn bgett sm mskn2 ini...pisang epe, es pisng ijoooo...
BalasHapusniceblog, makkk... heeheee, salam knal
Terima kasih :)
BalasHapusSalam kenal kembali, Mbak Darni :)
Mampir Mba..wah..komplet banget ya kuliner masakan Makasarnya..saya juga suka banget..cuma sering beli kalau masakan Makasar..dulu di Yogya..kpn2 tak cob amasak ah..^_^
BalasHapusMakasih udah mampir, mba :)
HapusMasakan Makassar yg udah sy coba di dapur baru pisang epe, sambal dabu2, woku, dan pallumara. Supaya woku tdk terlalu pedas untuk anak2, sy pakai cabe merah besar dan cabai rawit utuh. Jadi kalau sy n suami pengen pedes, tinggal gigit cabe rawitnya, hehe
Yuk, kita masak bareng :)
Banyak yang aku tau makanan diatas, tapi pada dasarnya aku ga pernah mau coba2 rasa, jadi aja ga tau rasanya gimna, yang aku tau pisang ape dan Iga bakar hhmmm uwenak...
BalasHapus#sukanya masakan sunda dan jawa :D
Hihi, pisang epe n iga bakar memang mak nyuss ya :D
HapusSbenernya sy n suami jg pemilih, ga berani nyoba semua kuliner yg ada di rantau. Biasanya survey dl, oh menurut si bapak itu makanan ini enak, baru deh kita coba. Maklum, lidah pulau jawa, masih suka kaget nemu cita rasa yg lain :)
Mak, kok jadi kepingin makan semuanya...Makasar emang top kulinernya ya...baru tahu es pisang ijo dari Makasar, terus panada...ouuugh
BalasHapusIni belum seberapa, lho, Mak Astin. Aselinya lebih banyak lagi, tapi belum sempet dicoba karna keburu pindah :(
HapusPisang ijo favorit Aa Dilshad buat buka puasa. Kalo Panada favorit emaknya krna gendut n mengenyangkan buat sarapan *nyam*
wuizzzzhh.. mampir kesini saat energi makan siang sudah habis, tapi waktu makan malam belum tiba. hadeu.. bikin ngelecer ini lidah. hihih...
BalasHapushadeuh...maapken :D
Hapuswow, ternyata kuniler Makasar bauanyaak ya.selama ini tahunya coto dan es pisang ijo aja
BalasHapusWih mantab banget juragan
BalasHapus