Saya sudah tiga kali berkunjung ke Candi Prambanan. Pertama, waktu masih SD bersama Papi, Mami, kakak dan adik saya. Kedua, waktu tinggal di Solo, bersama Bapa, Aa Dilshad yang berusia 6 bulan, kedua mertua, dan sepupu Bapa. Ketiga, yang terakhir ini...bersama pasukan riweuh tercinta. Meski mengunjungi tempat yang sama, saya tidak merasa bosan dan
masih saja terkesan oleh keindahan bangunan bersejarah ini.
Pada kunjungan terakhir saat liburan awal tahun kemarin, saya melihat sudah banyak yang berubah pada tempat wisata ini. Tentu saja, perubahan yang lebih baik. Dulu pohon-pohon sekitar candi belum banyak. Sekarang sudah rimbun dan suasana jadi lebih teduh. Dulu pedagang kaki lima terlihat semrawut, sekarang sudah tertata dengan rapi. Dulu wisatanya hanya melihat candi saja, sekarang sudah ada tambahan lain seperti kereta wisata dan taman bermain. Secara keseluruhan, tempat wisata Candi Prambanan kini sudah dikelola lebih baik oleh Pemda setempat. Hebat!
Setelah membeli tiket masuk seharga untuk empat orang (lagi-lagi Dd Irsyad digratiskan), kami berjalan kaki cukup jauh untuk mencapai candi Prambanan. Rimbunan pepohonan menghalangi pemandangan dari pintu masuk untuk melihat candi dari kejauhan. Dulu, waktu pohon-pohon belum rimbun, darijarak jauh saja candi sudah kelihatan.
Beli buku tentang candi Prambanan, ah. Buku ini langsung jadi rebutan Aa dan Kk yang langsung ingin membacanya. Cuma buku tipis fotokopian saja sih. Harganya juga hanya lima ribu rupiah, dan kami membeli dua buku. Kalau dibuat lebih bagus sedikit, misalnya dijilid dengan kualitas kertas yang baik, pasti jadi buku panduan yang lebih menarik.
Karcis dan buku panduan |
Ditengah perjalanan kami sempat berfoto sejanak di tukang foto keliling. Bagus juga sistemnya. Setelah berfoto, kami diberi kartu nama si bapak tukang foto, lalu diberitahu kalau foto bisa diambil di dekat pintu keluar nanti. Oooh bukan pakai kamera ploaroid kayak jaman dulu lagi ya...Ya iyalah...sekarang era digital, Maak!
Di lokasi yang sama dengan tempat pemotretan tadi, saya bergantian mengambil foto para pasukan riweuh. Ini dia hasilnya...
Atas: Aa Dilshad, Kk Rasyad, dan Dd Irsyad. Bawah: Bapa dan saya |
Saya dan 3 boyz |
Sebelum masuk area candi, pengunjung dibagikan kain untuk dikenakan. Lho, kok kayak mau masuk ke pura di Bali? Harus pakai kain segala. Dulu nggak gini deh. Tapi bagus juga. Candi ini kan dulu dipergunakan sebagai tempat ibadah, Menggunakan kain (walau sekedar melilitkan saja) adalah sebagai bentuk penghormatan supaya kita berpakaian rapi jika ingin memasuki tempat ibadah. Banyak turis manca negara yang berpakaian celana pendek. Nah, kain ini bisa membantu menutupi kaki para turis tersebut agar terlihat lebih sopan. Bagus bagus...
Aa, Kk, dan Bapa setelah memakai kain |
Mendekati candi Prambanan, kami tertarik dengan reruntuhan candi yang ada di sebelah kanan. Foto-foto sebentar ah... Meski cuaca panas jelang tengah hari, tapi foto-foto teuteup harus yaa...
Reruntuhan candi |
Kk Rasyad di antara reruntuhan candi |
Nah, sampai juga kami di kompleks candi Prambanan. Mau masuk ke candi yang mana dulu ya? Matahari semakin terik. 3 boyz terlihat mulai kepanasan. Untung saya membawa payung. Kalau tidak bawa payung, saya sarankan sebaiknya menyewa payung saja sebelum membeli tiket. Atau bawa topi seperti yang 3 boyz pakai (tapi mereka seringnya mencopot topinya karena tidak betah).
Kk Rasyad dan Dd Irsyad berpose di candi |
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia sekaligus candi terindah se Asia Tenggara. Terletak di antara Kota Yogyakarta dan Solo, tepatnya di Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Kompleks candi Prambanan terdiri dari beberapa candi. Banyak candi yang sudah rusak karena pergantian abad dan bencana alam. Ada tiga candi utama yang bentuknya besar, yaitu candi Siwa yang berada di tengah, disampingnya ada candi yang bentuknya lebih kecil yaitu candi Brahma dan candi Wishnu.
Kami tertarik untuk masuk ke candi yang paling besar, yaitu candi Siwa. Tapi untuk masuk ke candi ini pengunjung harus antri dulu. Antri untuk apa? Antri untuk bergantian memakai helm yang sudah disediakan petugas. Kenapa pakai helm? Dengan mamakai helm, pengunjung bisa terlindungi jika seandainya ada bagian candi yang runtuh. Duh, ngeri juga ya. Itulah sebabnya pengunjung hanya dibatasi 50 orang saja dan masing-masing hanya boleh menghabiskan waktu selama 15 menit di dalam candi Siwa. Iya, jangan lama-lama. Kasihan pengunjung yang sudah rela antri berpanas-panasan!
Foto Aa Dilshad dan Ibu di candi Siwa Kiri atas: antrian helm untuk dipakai ke dalam candi |
Sementara Ibu dan Aa mengantri dan masuk ke candi Siwa, Bapa dan Kk serta Dd melihat-lihat candi lain di sebelahnya. Setelah kami berdua keluar, ternyata Kk penasaran ingin masuk ke candi Siwa. Yaa...bukan daritadi. Akhirnya, Bapa dan Kk mengantri lagi. Saya dan Dd menunggu di tempat yang teduh dibalik sebuah candi kecil. Sedangkan Aa jalan-jalan sendiri (dengan pengawasan saya dari kejauhan) ke candi kecil di depan kami.
Panas-panasan nih! Mana gendong Dd pula...huft! Kiri atas: Dd Irsyad bikin candi sendiri dari tumoukan batu |
Panas. Capek juga nih. Pulang dulu ah. Keluar dari kompleks candi menuju pintu keluar, kami berjalan kaki cukup jauh. Sepanjang jalan terasa teduh dengen pohon-pohon yang rindang. Dulu mah, panas banget sepanjang jalan pulang ini. Pengujung mengikuti jalan setapak yang tersedia. Beberapa pedagang kaki lima menggelar dagangannya sepanjang jalan. Sekarang pedagang kaki lima jadi lebih tertata rapi dibandingkan dulu pedagang yang masih semrawut.
Lanjut jalan kaki lagi. Eh, tenyata ada taman bermainnya, lho. Namanya Kampoeng Dolan Nusantara. Permainan anak-anak banyak terdapat di taman yang lumayan luas ini. Ada yang gratis seperti jungkat-jungkit dan ayunan. Ada yang harus membayar dulu seperti kereta kecil yang berkeliling. Oia, ada kendaraan wisata juga yang mengitari kompleks candi. Sayang kami tidak punya banyak waktu untuk naik kereta wisata.
Kampoen Dolanan Nusantara dan kereta wisata |
Saya tertarik pada spanduk-spanduk bergambar mainan anak-anak tempo dulu dengan tulisan keterangan di bawahnya. Hanya dua spanduk yang bisa saya foto dengan jelas, Maklum, kamera hp. Bagus juga nih, memperkenalkan mainan tradisional pada anak-anak Indonesia masa kini yang sudah keasyikan dengan mainan modern.
Lanjut jalan lagi. Kami melihat ada museum. Sayang, kami tidak sempat masuk karena harus mengejar waktu dan 3 boyz sudah terlihat lelah. Kami juga sudah mulai kelaparan. Tentu saja, sudah waktunya makan siang.
Kiri: Dd Irsyad bergaya di tengah jalan Kanan: museum Prambanan |
Mendekati pintu keluar, kami melihat ada kandang hewan. Wah, seperti kebun binatang mini! Banyak anak-anak berkerumun untuk memberi makan rusa. Di dekat kandang ada gerobak berisi sayuran dan petugas jaga. Kami hanya sebentar saja singgah di kandang rusa ini. Rusa kan juga ada di Bogor, kita bisa kasih makan rusa yang ada di Istana Bogor kapan saja kami mau, hehe.
Rusa di candi Prambanan |
Eh, ada binatang satu lagi! Burung kasuari! Kk Rasyad girang banget bisa melihat burung kasuari hidup. Tempo hari kami hanya melihat burung kasuari yang sudah diawetkan di museom zoologi bogor. Komentarnya adalah, "Ini nyata!" Ya iyalah, Ka...ini nyata, Masa bohongan? Hihihi.
Burung kasuari dan jualan di sekitar candi |
Capek. Lapar. Istirahat dulu. Bersiap melanjutkan perjalanan menuju satu tempat wisata lagi. Tempat terakhir yang dikunjungi sebelum kami pulang ke Bogor. Mau ke mana, sih? Tunggu episode terakhir liburan awal tahun kami di postingan berikutnya yaa. Belum bosan kan, menyimak cerita saya? Hehe
Mampir dulu deh, mengisi perut di sebuah kedai soto yang katanya sudah cukup terkenal, yaitu Soto Kadipiro. Sotonya enak. Pilihan pelengkapnya juga banyak! Ada ayam goreng, ati ampela, tempe mendoan, tahu, perkedel kentang, apa lagi ya lupa. Ya sudah, yuk makan ^_^
Soto Kadipiro |
Untuk cerita terakhir dari liburan kami ini, nampaknya tidak bisa saya posting secepatnya. Soalnya saya mau semedi dulu, cari wangsit untuk bisa mengerjakan tugas dari MakPan Srikandi Blogger 2014. Alhamdulillah, saya terpilih jadi 50 besar Srikandi Blogger 2014. Mohon doanya ya, teman-teman ^_^
waaah....musti ke sana lagi kamiii...belum sempet ke kampung Dolan Nusantara...Bo et Obi pasti seneeeeng....thanks for sharing it maaak...sukses SB2014nya yaaa...
BalasHapusMain ke Prambanan lagi, Maak... tempatnya jd lebih teduh n asyik buat anak2 sekarang.
HapusMakasih. Semoga sukses untukmu juga Mak di ajang SB2014 ^_^
Pengen kesini jugaaa :) Pengen sotonya jugaaa :) Sukses untuk SB2014nya :)
BalasHapusAyoo ke Prambanan..ee jauh ya :)
HapusSilakan Mak Neti, sotonya enak lhoo :D
Terima kasih untuk dukungannya ya Mak ^_^
Narsis meski panas panas, hebat . Hehehe
BalasHapusNarsis? Teuteup...hehe
BalasHapusskrg ke Borobudur juga dikasih kain. Tp, kl ke Prambanan, saya blm pernah sama sekali
BalasHapusIya, kayaknya memang gitu skr, Kalo ke candi dikasih kain kayak mau masuk ke pura di bali. Waktu di Borobudur kami ga kebagian kain, soalnya udah siang.
BalasHapusWah padahal dari Borobudur udah deket (agak jauh deng) ke Prambanan ^_^
Candi Prambanan Memang sangat disayangkan apabila belum berkunjung kelokasi ini, sangat menakjubkan dan sangat disarankan, untuk mengetahui wisata sejarah di IndonesiaWisata Nusantara Indonesia
BalasHapus