Tidak lama terdengar keriuhan dari pinggir kebun. Suara rombongan kami yang datang dari pinggir jalan raya. Kami akan memasak nasi liwet dan makan siang bersama di saung. Tradisi makan siang ini disebut ‘ngaliwet’.
Ngaliwet merupakan tradisi makan bersama yang populer di kalangan masyarakat Sunda Jawa Barat. Ngaliwet artinya membuat sangu (nasi) liwet untuk dinikmati bersama. Hingga saat ini, tradisi makan siang ngaliwet masih ada. Tempatnya bisa di rumah atau di alam terbuka seperti di kebun atau sawah.
Menu ngaliwet yaitu: nasi liwet pulen, ikan asin jambal, ayam, tempe tepung, tahu, udang goreng tepung. Tidak ketinggalan lalap dan sambal. Bahkan ada yang dipetik langsung dari kebun.
Momen puncak adalah saat menikmati 'hasil perjuangan' memasak bareng, yaitu makan bersama. Ada momen megis ketika daun pisang dibersihkan dan direntangkan di tengah saung. Begitu daun itu terhampar, suasana langsung berubah. Semua orang refleks mendekat.
Semua duduk melingkar. Tidak ada kursi, tidak ada meja mewah. Yang ada hanya kebersamaan. Suara tawa bercampur dengan saling oper lauk jika ada yang minta tambah. Momen makan siang yang penuh kesan.
Masakan belum matang saja sudah heboh ya. Bayangkan... gimana saat penyajian dan menikmatinya bersama nanti. Lihat saja di video berikut:
Buku Antologi Saya yang Kedua
Keseruan ngaliwet di saung pepaya yang saya abadikan jadi video singkat tersebut kemudian menjadi tulisan, bahkan diterbitkan menjadi buku antalogi yang berjudul “Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya.” Bahagia campur haru rasanya!
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Kumpulan Kisah Kuliner yang Penuh Kehangatan
Berawal dari lomba menulis tentang tradisi makan siang di komunitas Food Blogger Indonesia (FBI). Saya tidak ikut serta karena sedang ada kesibukan lain. Ternyata, tulisan yang dikirim akan dijadikan buku antologi. Saya sempat ngebatin, duh pengen juga, tapi nggak sempat nulisnya nih.
Tiba-tiba, saya dijapri langsung oleh founder FBI yaitu Mbak Katerina (saya biasa memanggil Mbak Rien) untuk ikut serta mengirim tulisan. Jujur, nggak pede pada awalnya... karena tahu ini buku yang kalau sudah jadi pasti keren banget. Sedangkan saya sendiri nggak punya bahan tulisan.
Lalu Mbak Rien bilang untuk membuat tulisan dari cerita di video reels Instagram saya tentang ngaliwet di saung kebun pepaya. Akhirnya, saya pun memberanikan diri mengirim draft tulisan. Alhamdulillah diterima. Dan saya pun menunggu proses penerbitan buku dengan antusias.
Waktu berlalu. Kemarin, buku yang dinanti sampai di tangan. Rasanya nano-nano. Deg-degan, bangga, terharu, plus ada sedikit rasa tidak percaya... ada nama sendiri di buku dengan hard cover mewah setebal 500 halaman ini!
Jangan tanya betapa senangnya ada tulisan saya 'nyempil' di buku keren tersebut. Tulisan berjudul “Tradisi Makan Siang Ngaliwet di Saung Kebun Pepaya” hadir dari pengalaman pribadi. Mengabadikan momen mulai dari persiapan sampai saat menikmati makanan yang terlihat sederhana namun penuh keakraban.
![]() |
| Tulisan saya di buku ini |
MasyaAllah alhamdulillah. Bisa pegang buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" ini secara langsung bikin hati bahagia dan berbunga-bunga.
Ini adalah buku antologi kedua saya (buku sebelumnya berjudul Heart Ring. Ketika Hati Saling Memiliki yang diterbitkan bersama Komunitas Warung Blogger). Buku Tradisi Makan Siang menjadi buku antologi saya yang paling keren!
![]() |
| Buku antologi yang paling keren! |
Buku Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya
Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" diterbitkan oleh Diomedia. Hasil kolaborasi antara Omar Niode Foundation, Nusa Gastronomi Indonesia Foundation, serta Food Blogger Indonesia Community.
Berwarna dasar kuning yang hangat, buku ini adalah buku bilingual. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Wow, benar-benar dirancang untuk go international!
Amanda Katili Niode sebagai editor dan Ketua Omar Niode Foundation, menyampaikan bahwa buku ini bukan sekadar kumpulan resep, tetapi potret kehidupan masyarakat Indonesia yang penuh warna. Selain menyoroti kekayaan kuliner Nusantara, buku ini juga menyentuh aspek keberlanjutan. Berikut penjelasan beliau:
“Mengonsumsi makanan lokal, seperti yang banyak diangkat dalam buku ini, merupakan langkah ramah iklim. Tidak hanya mengurangi jejak karbon dari distribusi pangan, tetapi juga mendukung petani kecil, nelayan tradisional, dan produsen lokal yang rodusen lokal yang menjaga cita rasa serta keberlanjutan ekosistem pangan,”
Pada halaman sekapur sirih, Ibu Amanda menceritakan inspirasi menerbitkan buku ini. Yaitu ketika beliau menjadi salah satu kontributor Buku At the Table: Food and Family Around the World yang diterbitkan di Amerika. Buku tersebut berisi tentang kisah dari 38 negara dari berbagai penjuru dunia. Ibu Amanda ingin membuat buku serupa tentang tradisi makan siang di Indonesia. Berkat kerja keras dan kegigihan beliau, buku Tradisi Makan Siang Indonesia ini hadir di tengah masyarakat.
![]() |
| Sekapur sirih dari Ibu Amanda |
Buku ini bukan sekedar berisi kumpulan cerita tentang makan siang. Juga dilengkapi proses persiapannya termasuk resep, serta filosofi cara menghidangkan dan menikmatinya. Dari sini kita bisa melihat, bagaimana sebuah makanan sederhana ternyata punya makna di masyarakat dan menjadi suatu budaya.
Ada 40 tulisan dari 17 provinsi di 8 pulau. Menghadirkan potret kuliner Nusantara yang begitu beragam. Dilengkapi dengan ilustasi foto yang menarik, resep asli, dan pemaparan cerita yang terasa nyata, bikin betah membaca buku ini. Rasanya seperti lagi berpetualang kuliner ke berbagai daerah.
Mau tahu cerita kuliner apa saja dan para penulisnya? Ini dia daftarnya yang disusun berdasarkan abjad dari nama penulisnya:
- Simfoni Rasa dalam Sajian Makan Siang Pontianak oleh Agustinus Bertolomeus Eko Dony Prayudi
- Sayur Asem, Tradisi Makan Siang ala Ibu Rumah Tangga oleh Alfida Husna
- Sambal Pindang dan Bayam Buatan Ibu di Blitar oleh Alfa Anisa
- Choi Pan Thjia, Penyambung Tradisi Silaturahmi Singkawang oleh Annie Nugraha
- Garang Asem Ayam Kampung Sayur Lodeh dan Botok Kelapa Teri oleh Bayu Fitri Hutami
- Tradisi Makan Siang Liwetan Menyambut Tahun Baru oleh Bayu Fitri Hutami
- Ngidang, Simfoni Rasa dan Kebersamaan dalam Tradisi Kuliner Palembang oleh Deddy Huang
- Soto Banjar, Tradisi Makan Siang Keluarga yang Tak Pernah Padam oleh Dian Retno Megawati
- Tradisi Makan Siang bagi Ibu Rumah Tangga, Blogger dan Content Creator oleh Dita Triyuliasih Indrihapsari
- Ketika Cinta dan Berkat Bertemu di Sebuah Kotak oleh Dorothy Manalu
- Akulturasi Menu Makan Siang, Berjuta Rasanya! oleh Maria Goreti Sri Candrati
- Nasi Tumpeng, Simbol Keakraban dan Syukur oleh Dwi Citra Yuliana Pandiangan
- Sego Jagung Mah Sartinah, Kuliner Klasik yang Otentik oleh Dwi Septianingsih
- Sego Buwuhan, Kuliner Khas Bojonegoro oleh Dyah Kusumastuti Utari
- Papeda, Makanan Tradisional Favorit Kami oleh Florence Niken Proboretno
- Tradisi Makan Siang Indonesia oleh Henny Nursanty
- Aku dan Mnahat Feu di Tengah Musim Panen oleh Jetriyanus Nino
- Menikmati Segarnya Masakan Khas Melayu Pesisir Riau oleh Kunni Masrohanti
- Saat Musim Tandur di Cikaso Sukabumi oleh Latipah Rahman
- Nikmatnya Makan Siang dengan Ikan Kembung Goreng Sambal Ijo oleh Lina Marlina
- Nasi Kuning Masak Habang dan Soto Banjar, Kalimantan Selatan oleh Maria Tanjung Sari
- Kaldu Kokot, Sambel Tumpang dan Selat Solo oleh Marita Setyaningsih
- Tradisi Makan Siang dengan Seruit Lampung oleh Muhammad Erfan
- Ikatan Kebersamaan dalam Tradisi Makan Balanjuang di Minang oleh Novarty Eka Putriana
- Wisata Kuliner Suryakencana Bogor oleh Nurul Sufitri
- Menikmati Lezatnya Keong Daun Singkil di Hamparan Sawah oleh Resa Karunia Roosmana Setia
- Uniknya Hubungan Roti Lapis Belanda Dengan Tradisi Botram oleh Reza Fahlepi
- Ngaliwet di Saung Kebun Pepaya oleh Riana Wulandari
- Makan Siang Bersama dalam Tradisi Masyarakat Sunda oleh Rina Susanti
- Pijok-Pijok: Tradisi Kebersamaan dan Kehangatan Saat Makan Siang oleh Rosdiana
- Semua Cerita Bertemu di Meja Makan oleh Sri Anggoro Widiyanti
- Tradisi Berharga, Makan Siang Bareng Keluarga oleh Suciati Cristina
- Sensasi Ngidang di Lampung dan Sumatera Selatan oleh Temmy Arthapuri
- Makan Siang Bersama Teman Lama di Tasikmalaya oleh Utami Isharyani Putri
- Pallumara Suapan Ibu oleh Winarni KS
- Kembul Bujana Yang Sarat Makna Kebersamaan oleh Yeni Endah
- Rujak Cingur, Keberagaman Yang Ciptakan Kebersamaan oleh Yuniari Nukti
- Cinta dalam Semangkuk Pindang Patin Palembang oleh Yunita Srie Wijaya
- Penyetan Protein Arek Suroboyo oleh Zada Agna Talitha
- Mo Mulayadu - Tradisi Menghambur Benih oleh Zahra Khan
![]() |
| Foto saung di kebun pepaya |
Ikut serta memberikan testimoni di buku ini, yaitu para pegiat kuliner dan kata sambutan dari beberapa tokoh masyarakat. Di antaranya Direktur Penganekaragaman dan Konsumsi Pangan Badan Pangan Nasional, Penasihat Utama Menteri Kehutanan RI, dan Prof. Ken Albala, pakar kuliner dari Amerika Serikat yang telah menulis 30 buku.
Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" diluncurkan secara resmi pada tanggal 16 Oktober 2025, pukul14.30-17.00 WIB di Atelier Rasa, Jakarta. Bertepatan dengan World Food Day atau Hari Pangan Sedunia. Semua penulis diundang ke acara ini.

Ibu Amanda (baju hitam), Mba Katerina (kanan Bu Amanda), dan para penulis
yang hadir (foto: komunitas Food Blogger Indonesia
Di acara tersebut juga disuguhkan aneka kuliner dari Gorontalo, juga masakan dari Kak Zahra Khan bersama Chef Ragil Imam Wibowo. Sayang sekali, kondisi badan sedang tidak fit sehingga saya tidak bisa datang.
Terima kasih sebanyak-banyaknya saya haturkan untuk Ibu Amanda Katili Niode, untuk kesempatan ikut menjadi salah satu penulis di buku "Tradisi Makan Siang: Khazanah Ragam dan Penyajiannya". Juga penerbit Diomedia dan Omar Niode Indonesia.
Terima kasih kepada komunitas Food Blogger Indonesia dan spesial thanks untuk Mbak Katerina,yang sudah memfasilitasi para blogger untuk menulis bersama di buku kuliner ekslusif ini.
Terima kasih untuk pihak-pihak yang belum disebutkan, untuk kesempatan bagi saya bisa hadir bercerita tentang tradisi makan siang yang sarat makna dan budaya serta penuh kesan dan kehangatan.
Oia, bagi yang penasaran ingin membeli buku ini maka bisa mencoba kontak via Direct Message melalui Instagram CV Diomedia.
Buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Khazanah Ragam dan Penyajiannya” Raih Gourmand Awards
Dokumentasi kuliner yang ciamik menghantarkan buku "Tradisi Makan Siang: Khazanah Ragam dan Penyajiannya" meraih penghargaan internasional. Yaitu menjadi Best Book in the World pada ajang Gourmand Awards.![]() |
| Penghargaan Gourmand Award |
Penghargaan ini diumumkan pada Saudi Feast Food Festival di Riyadh, Arab Saudi, oleh Edouard Cointreau, President of Gourmand Awards, yang memuji buku tersebut atas kedalaman riset dan makna kultural yang dihadirkannya. Berikut pernyataan beliau saat menyerahkan penghargaan:
“Terima kasih, Amanda Niode, atas penghormatan luar biasa terhadap tradisi Indonesia ini, yang dengan indah memperlihatkan bagaimana berbagi hidangan mencerminkan jiwa dan warisan sebuah bangsa. Buku ini menjadi perayaan tulus atas kuatnya hubungan antara makanan, budaya, dan komunitas,”Gourmand Awards merupakan satu-satunya kompetisi internasional yang didedikasikan untuk publikasi mengenai budaya makanan dan minuman. Didirikan pada tahun 1995 dan diikuti oleh peserta dari lebih dari 200 negara.
Gourmand setiap tahun menyelenggarakan simposium global di lokasi yang memiliki relevansi gastronomi penting. Di tahun 2025 ini, acara diselenggarakan di Riyadh. Dengan mempertemukan tokoh-tokoh diplomasi, kuliner, penerbitan, dan budaya, serta dihadiri tamu dari 96 negara. Keren banget! Standing applause rame-rame!
Kumpulan Kisah Kuliner yang Penuh Kehangatan
Ingat tidak, waktu kecil dulu saat makan siang? Bukan sekadar istirahat sambil menuntaskan rasa lapar. Makan siang jadi ritual kecil penuh cinta, waktu berkumpul dengan keluarga, menyaksikan hiruk pikuk di dapur rumah, dan menikmati makanan sambil bertukar cerita. Momen itu terekam indah dan ada kehangatan di hati saat mengenangnya.Itulah yang dihadirkan dalam buku "Tradisi Makan Siang Indonesia: Kumpulan Kisah Kuliner yang Penuh Kehangatan". Membaca buku ini membawa kita pada keberagaman budaya kuliner yang penuh kehangatan saat menikmati makan siang.
Keberagaman budaya yang dikisahkan di buku ini berkaitan dengan para penulis yang memiliki dengan latar belakang budaya dan profesi yang berbeda. Ada yang berprofesi sebagai penulis, blogger, petani, dan stock photographer.
Sempat tersenyum geli, ketika membaca tulisan sendiri. Saya menyadari bahwa keluarga saya termasuk 'tipe riweuh' alias suka sok sibuk sendiri. Yang selalu heboh kalau disuruh ngumpul untuk makan (saat ngaliwet), hasilnya meski kelihatan repot tapi penuh cinta—jenis kehebohan yang justru bikin hangat hati.
Membaca buku ini membuat saya bangga, karena jadi bagian dari negeri yang kaya akan budaya di balik cerita makan siangnya. Ada rasa syukur pernah tumbuh dalam budaya di mana makanan bukan sekadar kebutuhan, tapi cara merawat hubungan.
Tidak heran, setelah membaca buku ini, ada rasa hangat, semburat kenangan, bahkan inspirasi untuk mencoba menu masakan yang tersemat. Makan siang menjadi rehat sejenak dari rutinitas, menikmati momen dan mensyukuri hidup lewat makanan.





Posting Komentar