Kami tidak bisa menjelajahi banyak tempat wisata di Tana Toraja karena tujuan utama kami datang ke Tana Toraja adalah untuk menghadiri pernikahan Tony, salah seorang salesman di kantor Bapa. Menurut kami, 2 tempat wisata terbaik yang kami kunjungi sudah cukup mewakili Tana Toraja. Barangkali bila kelak ada waktu dan kesempatan, kapan-kapan kami bisa datang berwisata ke Tana Toraja lagi.
Menghadiri pernikahan Tony yang menikah dengan Tere, wanita keturunan Toraja. Akad nikah sudah dilaksanakan di gereja. Saat kami datang ke tempat pesta pernikahan, kedua mempelai belum tiba dari gereja.
Sambil menunggu kedatangan kedua mempelai, kami memfoto tempat dimana pesta ini diadakan. Bukan di gedung. Bukan di rumah. Sebuah tempat dengan tanah yang cukup lapang, dengan deretan tongkonan yang berjajar dengan rapi. Tongkonan besar barangkali adalah rumah utamanya. Tepat di depan tongkonan besar ini dipasang panggung pelaminan untuk pengantin. Di seberangnya terdapat tongkonan-tongkonan yang digunakan untuk tempat keluarga berkumpul. Setia tongkonan diberi kertas besar bertuliskan nama keluarga masing-masing. Mereka berkumpul duduk lesehan tepat di bawah tongkonan tersebut.
Pelaminan di depan tongkonan besar |
Tongkonan tempat keluarga berkumpul |
Tidak lama kemudian, kedua mempelai tiba. Beberapa anak laki-laki dan perempuan yang berpakaian adat Toraja segera menyambutnya dan mengantar mereka ke panggung pelaminan.
Anak2 laki-laki berpakaian adat Toraja mengawal pengantin |
Gadis2 pengantar pengantin berpakaian adat Toraja |
Pada saat bersamaan iring-iringan pengantin masuk, Aa Dilshad dan Kk Rasyad sedang memperhatikan kolam air mancur di depan pelaminan. Mereka tidak tahu ada pengantin datang. Bapa segera memanggil mereka. Kaget, Aa menarik tangan Kk segera menjauh dari iring-iringan pengantin. Saking terbur-burunya, sandal Kk sampai lepas. Dan menangislah si Kk gara-gara itu….duh, ada-ada saja boyz…
Kedua pengantin memasuki tempat pesta pernikahan |
Selanjutnya, setelah pengantin di pelaminan, mereka tidak langsung duduk, bersama kedua orang tua masing-masing, mereka tetap berdiri mendengarkan ceramah dalam bahasa Toraja. Kami tidak mengerti apa yang dikatakan oleh sang penceramah, tapi intonasi suaranya yang lantang dan menghentak-hentak lumayan membuat Dd Irsyad terkaget….kaget…kaget…
Acara dilanjutkan dengan pencatatan sipil. Setelah selesai, pengantin meninggalkan pelaminan untuk berganti pakaian. Waduh, bakalan lama nih, sementara hari semakin siang. Kami belum makan siang. Lapar, sudah pasti. Tapi kami tidak bisa menyantap hidangan di pesta ini. Selain karena (barangkali) kami adalah satu-satunya tamu undangan yang beragama Islam, kami tidak yakin apakah kami bisa makan makanan yang disediakan. Daripada ragu, lebih baik tidak usah makan, ya kan?
Beberapa menit (yang terasa lama karena lapar) kemudian, panitia membawakan meja ke pelaminan. Pengantin dan kedua orangtuanya sudah berganti pakaian dan naik ke pelaminan. Acara dilanjutkan. Dibawakan kuali-kuali tembikar berisi makanan, entah makanan apa, mungkin nasi? Lalu secara simbolis kedua pengantin memberikannya kepada orangtua mereka sebagai tanda bakti.
Naahh, saat ada jeda, sebelum dilanjut acara berikutmya inilah, saya dan Bapa nekat naik ke pelaminan untuk menyalami pengantin. Buru-buru amat? Iya laaah, biar cepat pulang. Biar cepat makan. Lapaaarrr….
Setelah menyalami pengantin, kami pamit pulang. Beberapa kerabat tuan rumah memaksa kami untuk ikut tamu undangan lain mengambil makanan. Dengan halus, Bapa menolak dan mengatakan kalau kami sedang berpuasa menyambut hari raya kurban. Padahal yang puasa kan cuma Bapa, kita-kita mah aseli lagi kelaparan, hehe..
Karena tidak makan, akhirnya seorang ibu membawakan kami buah salak untuk dibawa pulang. Duh ibu, terima kasih...padahal kalau boleh saya maunya dikasih terong belanda aja, buat dibikin jus...aih, ngelunjak....
Segera kami mencari rumah makan muslim di pusat kota. Setelah makan siang dengan rawon dan ayam goreng tepung, juga shalat di mesjid terdekat, kami memutuskan untuk langsung pulang ke Makassar.
Ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya saat berada di pesta pernikahan barusan. Para keluarga memang tidak bergabung dengan tamu undangan karena pelayan membawakan makanan ke masing-masing tongkonan. Yang menarik perhatian saya, juru masak membawa karung besar berisi bambu dan langsung membariskannya di atas bara api kecil. Kira-kira apa ya isi bambu tersebut? Makanan? Atau minuman? Ada yang tahu? Saya tidak sempat bertanya karena sudah kelaparan dan buru-buru pulang.
Deretan bambu berisi makanan atau minuman? |
Nah berakhir sudah perjalanan pasukan riweuh di Tana Toraja. Terima kasih bagi yang telah membaca kisah perjalanan kami. Sampai jumpa di petualangan pasukan riweuh selanjutnya...
Meninggalkan gerbang masuk di Tana Toraja |
Selamat tinggal Tana Toraja....
Huhu.. kalo aku kmren di pesta kematian.. sempet jg liat anak laki dan perempuan pake baju adat kaya gitu. Tp yg serem itu babi-babi bergelimpangan nunggu ajal :D
BalasHapusMaak.. mbok komentator dg domain pribadi dikasi ruanng utk koment. Biar sy bs pake link blog buat koment. Ini pake akun google :D
waah kalo ke pesta kematian mah takuuutt. cukup sudah bergaul dg babi wktu tinggal di bali. dijamin langsung ngacir kalo ngeliat langsung adegan pembunuhan. dulu pas denger suara2nya doang pas disembelih aja udah ngilu :(
Hapushiyaa...ga ngerti caranya, euy...gaptek parah. nanti deh dioprek2 lagi. maapken yaa :)
aduuuh maaak...keren fotonya...penuh cerita dan warna ..kalau sempet, ikutan GAku yuuk..cerita perjalanan yang mengesankan..dan perjalanannya tidak harus baru, yang penting postingannya baru :D...kalau berkenan, monggo mampir di http://indahnnuria.blogspot.com/2013/11/my-itchy-feet-2-giveaways-for-dear.html
BalasHapusOh boleh ya Mak...baiklah baiklah nanti saya acak2 lagi. Udah bikin sih, perjalanan ke Lombok. Tapi fotonya kurang bagus. Kalo jelek, saya pake postingan lama yg dipermak aja deh.
HapusTungguin yaaa...
wah Perjalanannya asik2 banget ya Bu..
BalasHapusPesta Nikahannya Unik ya...
iya, alhamdulillah kami bisa mampir ke Toraja dan melihat banyak hal unik :)
HapusMakanan yg dibakar di dalam bambu itu namanya Pakpiong. Isinya kadang daging babi, ada jg ayam, sayuran, dll :D
BalasHapusOh iya, babi2 ga disembelih kok. Serius... Tapi ditikam trus dibakar. Abis itu dicincang :D hahaha..
Waah berarti dugaan saya benar dong (ga ditulis krna takut salah).
HapusMakasih informasinya :)
Baru lihat ini Blogs.. Thanks Yach Bu sdh hadir... Salam Buat Pa Dadang... Ijin Share Yach Bu...
BalasHapus