"Aa ikut Ibu aja, yuk! Ibu mau ke bank, nebus obat eyang, terus nanti kita main ke mall." ajak saya.
Minggu ini Aa Dilshad libur sekolah. Daripada main di rumah, lebih baik saya ajak pergi.
Minggu ini Aa Dilshad libur sekolah. Daripada main di rumah, lebih baik saya ajak pergi.
"Enggak, ah. Aa di rumah aja. Aa minta uang, deh, buat jajan." jawab Aa Dilshad.
"Eh, Aa mau ke mana?" tanya saya melihat Aa mengeluarkan sepeda.
"Ke Indomaret." Sepeda meluncur ke luar rumah. Saya masuk, merapikan tas dan siap berangkat.
"Buu ..." Belum ada lima menit, sebuah suara memanggil dari depan pagar rumah.
"Yaa ..." saya menjawab dengan malas.
Saya sedang sakit kepala, namun saya harus pergi ke rumah sakit untuk menebus obat Eyang. Ingin sekali merebahkan kepala ini di bantal, tapi saya tidak tega membiarkan Eyang kehabisan obat.
Saya sedang sakit kepala, namun saya harus pergi ke rumah sakit untuk menebus obat Eyang. Ingin sekali merebahkan kepala ini di bantal, tapi saya tidak tega membiarkan Eyang kehabisan obat.
"Buu ... " suara itu memanggil lagi. Ah, pasti mau beli obat, pikir saya.
Saya membuka warung obat di teras rumah. Dengan lamban, saya beranjak menghampiri. Tiba-tiba di depan pintu sudah ada seseorang menggendong Aa Dilshad. Orang itu adalah Abud, tukang ojek di komplek yang pernah menjadi langaanan jemputan sekolah Aa.
Saya membuka warung obat di teras rumah. Dengan lamban, saya beranjak menghampiri. Tiba-tiba di depan pintu sudah ada seseorang menggendong Aa Dilshad. Orang itu adalah Abud, tukang ojek di komplek yang pernah menjadi langaanan jemputan sekolah Aa.
"Ya Allah! Aaa!!! Kenapa ...?!" saya menjerit panik. Darah menetes dari kepala Aa ke lantai.
"Jatuh, Bu. Dekat pangkalan ojek. Masuk got." Abud menjelaskan.
"Bawa ke rumah sakit aja, Bu! Itu ada mobil, kan?" raut mukanya tampak cemas.
"Bawa ke rumah sakit aja, Bu! Itu ada mobil, kan?" raut mukanya tampak cemas.
Saya panik. Kunci mana kunci mobil? Saya sempat bingung.
Bapa sedang pergi dinas ke Sukabumi. Mobil disimpan di rumah. Seharusnya, mobil perusahaan ini tidak boleh dipakai oleh orang lain selain Bapa. Takut terjadi sesuatu dan Bapa bisa kena sanksi dari kantor. Apa boleh buat. Situasi darurat. Tanpa mobil, saya harus menyewa angkot atau memanggil taxi. Tidak! Jangan buang-buang waktu! Ayo, cepat pergi! Diiringi tangisan Dd Irsyad yang tidak ikut diajak pergi, kami segera berangkat ke rumah sakit.
Bapa sedang pergi dinas ke Sukabumi. Mobil disimpan di rumah. Seharusnya, mobil perusahaan ini tidak boleh dipakai oleh orang lain selain Bapa. Takut terjadi sesuatu dan Bapa bisa kena sanksi dari kantor. Apa boleh buat. Situasi darurat. Tanpa mobil, saya harus menyewa angkot atau memanggil taxi. Tidak! Jangan buang-buang waktu! Ayo, cepat pergi! Diiringi tangisan Dd Irsyad yang tidak ikut diajak pergi, kami segera berangkat ke rumah sakit.
Saya memutuskan untuk membawa Aa ke Rumah Sakit Azra Bogor. Di RS tersebut, asuransi dari kantor bisa digunakan. Sekalian menebus obat Eyang. Di mobil, saya baru menelpon Bapa. Bapa ikut cemas. Tentang mobil perusahan, tidak apa-apa. Ini kondisi darurat. Lagipula, Abud adalah tukang ojek dan supir travel tembak, tentu bisa menyetir mobil dengan hati-hati.
Aa mengerang. "Minum ..." bisiknya lemah. Ya Allah, saya bahkan lupa memberinya minum! Mobil segera menepi, saya membeli air mineral untuk Aa. "Pusing, A?" dia mengangguk. "Mau muntah?" Aa menggeleng. Jika sampai muntah ada kemungkinan terkena gegar otak. Tapi merasa mual juga tidak Aa rasakan. Syukurlah.
Sampai di ruang IGD rumah sakit, Aa digendong masuk. Lukanya segera ditangani dengan dibersihkan terlebih dahulu. Duh, rambut Aa memang tebal dan banyak yang terkena darah. Suster sampai kerepotan membersihkan darah di seluruh rambut Aa sambil mencari sumber luka. Kemudian, Aa dibiarkan berbaring untuk menunggu hasil observasi dan melihat kondisi apakah darahnya sudah berhenti atau belum. Saya meninggalkan Aa ditemani oleh Abud sejenak. Saya harus mengurus pendaftaran.
Tiba di meja pendaftaran, saya tersadar, saya lupa membawa kartu asuransi! Hadeuh, bayar cash juga, deh. Beruntung saya sempat menyambar dompet berisi uang toko. Mudah-mudahan cukup, batin saya.
Ditutup plester |
Untung rambutnya tidak perlu digunting, ya, A :) |
Setelah ditunggu sekian lama, darah dari kepala Aa sudah dipastikan tidak mengalir lagi. Bekas darah sudah dibersihkan. Ditemukan luka kecil di atas kepalanya. Robek kecil dan tidak perlu dijahit. Saya pun bernafas lega. Saya sangat takut dan khawatir Aa akan mengalami kejadian yang sama dengan saya. Saya pernah terjatuh dan terbentur di bagian kepala.Bahkan saya sampai dirawat di rumah sakit karena terkena gegar otak ringan. Kejadian selengkapnya saya ceritakan di sini
Alhamdulillah. Terima kasih, Ya Allah, sudah melindungi Aa Dilshad. Saya melangkah ke apotik dan mengurus pembayaran dengan perasaan lega. Saya tidak menyesal harus membayar tunai karena lupa membawa kartu asuransi. Melihat kondisi Aa saja saya sudah sangat bahagia, uang tidak masalah. Tidak lama, Kakek menyusul datang ke rumah sakit. Aa juga sudah bisa berjalan, melangkah dengan perlahan ke mobil. Tidak tega, Abud meminta Aa supaya mau dibopong olehnya. "Gendong belakang, " kata Aa sambil tersenyum. Sampai di mobil, Aa tetap berbaring sambil mengobrol dengan Kakek dan Abud.
Suasana sudah tidak tegang lagi. Keadaan Aa juga sudah terlihat lebih baik. Kami segera menanyakan kejadian yang sebenarnya. "Aa kan mau belok. Eh enggak tahu kenapa sepedanya enggak mau dibelokin. Aa nahan pake kaki. Trus jatoh ke got." Aa bercerita.
"Awas, yah! Engke ku Kakek diciwit mun teu ati-ati naek sapedah! (Awas, ya! Nanti Kakek cubit kalau tidak hati-hati naik sepeda!)" ancam Kakek. Kami semua tertawa.
Punya anak laki-laki memang harus siap mental untuk kejadian seperti ini. Aa sudah sering jatuh dari sepeda. Luka lecet, luka kecil sampai luka agak lebar di lutut pernah dialaminya. Kali ini adalah jatuh dari sepeda yang paling parah. Hmmm ... lain kali hati-hati ya, Nak! Sampai lemas lutut Ibu melihat kamu terluka.
Lain kali hati2 ya, Aa.... Semoga lekas sembuh :)
BalasHapusAamiin. Iya, makasih tante Santi :)
HapusAa jagoan... semoga lekas pulih ya.. :)
BalasHapusMakasih, Bunda Niken :)
BalasHapusSemoga cepat puli ya A' :)
BalasHapusMakasih, Bunda Ke2Nai :) Alhamdulillah kemarin lukanya sudah kering dan rambutnys boleh kena air
Hapuskumaha Aa ayeuna ? Udah maen sepedahan lagi ? hehehe
BalasHapusIya banget, punya anak laki harus siap mental dengan kejadian kayak gini. Fauzan udah beberapa kali kejadian tuh, naik sepeda sampe bibirnya jontor, kaki kena knalpot motor, dahi benjol karena jatuh. Hadeuh ...
Sepedahannya dipending dulu, hehe. Alhamdulillah, Ateu Dey, Aa udah bisa les renang lagi (kemaren mah belum boleh kena air). Heu euh, kudu siyap mental. Ini baru satu yg bisa sepedahan, yg dua belum bisa (deg2annya belon tripel). Kalo kepala benjol mah di rumah sudah langganan 3 boyz, siapa aja bisa kena, hihi
BalasHapuscepet sembuh aa, namanya juga jagoan ya ga mak? :D
BalasHapusSyukurlah.. :')
BalasHapusJadi keingat adek sendiri, hobiiiii banget juga naek sepeda..
Semoga Aa cepet sembuh dan bisa maen sepeda lagi, dengan hati-hati tentunya ^^
Makasih Tante Thita n Tante Annisa :)
BalasHapusAa sudah sembuh sekarang dan sudah kembali main sepeda. Iya, sekarang jd lebih berhati-hati main sepedanya :)
Alhamdulillah.. Salam buat Aa-nya ya ^^
Hapus