Percaya nggak, bahwa ada seorang ibu bisa membedakan bau kentut dari setiap anaknya? Bahkan bau kentut suaminya sendiri seperti apa dia juga tahu. Siapakah ibu yang dimaksud? Ya, dia adalah saya sendiri. Saya bisa tahu siapa yang kentut di dalam ruangan jika kami sekeluarga sedang berkumpul bersama. Saya akan menembak langsung 'tersangka utama' pembuat polusi udara dengan tepat. Hebat, kan! Saya yakin, saya tidak sendirian. Pasti ada ibu-ibu lain yang juga punya 'kesaktian' seperti saya. Lantas, dari mana saya bisa tahu? Hmm, kasih tahu jangan yaa..
Jawabannya adalah dari makanan dan usia. Menurut saya, ibu yang selalu mengamati makanan yang dimakan oleh setiap anggota keluarganya, pasti bisa tahu seperti apa bau yang akan keluar dari sisa proses pencernaan tersebut. Jangan lupa, usia juga mempunyai pengaruh yang penting. Semakin tua usia seseorang, maka semakin 'ajaib' aroma kentut yang dihasilkan, hehe. Koresi saya, ya, jika ada yang tahu teori yang lebih akurat :)
Jawabannya adalah dari makanan dan usia. Menurut saya, ibu yang selalu mengamati makanan yang dimakan oleh setiap anggota keluarganya, pasti bisa tahu seperti apa bau yang akan keluar dari sisa proses pencernaan tersebut. Jangan lupa, usia juga mempunyai pengaruh yang penting. Semakin tua usia seseorang, maka semakin 'ajaib' aroma kentut yang dihasilkan, hehe. Koresi saya, ya, jika ada yang tahu teori yang lebih akurat :)
Duh, maaf ya postingan kali ini saya pakai bahasa yang kurang sopan. Saya pilih kata 'kentut' daripada 'buang angin' karena kata tersebut paling sering kita dengar dan ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau bilang 'buang angin' kesannya postingan saya ini resmi banget deh, hehe.
Saya mau cerita nih, tentang kejadian yang berhubungan dengan judul dilarang kentut ini. Kejadiannya bermula saat saya mengajak Kk Rasyad pergi ke pusat perbelanjaan elektronik untuk menjual smartphone Eyang yang baru. Lho, kenapa dijual? Nggak sayang? Yah, habis mau bagaimana lagi. Kakak saya membelikan Eyang sebuah smarphone merek ternama untuk menggantikan handphone Eyang yang mulai eror. Saya sudah bilang, belikan yang biasa saja, takut Eyang nggak ngerti cara pakainya. Benar saja. Eyang tidak bisa memakai smartphone tersebut. Eyang menyuruh saya untuk menjualnya dan nanti dibelikan handphone baru sesuai selera Eyang. Terus, kenapa tidak dibeli sendiri saja? Engg...saya nggak punya uangnya. Lagipula, saya masih cinta berat pada handphone jadul dengan merek yang mulai berkurang penggemarnya ini :D
Saya mau cerita nih, tentang kejadian yang berhubungan dengan judul dilarang kentut ini. Kejadiannya bermula saat saya mengajak Kk Rasyad pergi ke pusat perbelanjaan elektronik untuk menjual smartphone Eyang yang baru. Lho, kenapa dijual? Nggak sayang? Yah, habis mau bagaimana lagi. Kakak saya membelikan Eyang sebuah smarphone merek ternama untuk menggantikan handphone Eyang yang mulai eror. Saya sudah bilang, belikan yang biasa saja, takut Eyang nggak ngerti cara pakainya. Benar saja. Eyang tidak bisa memakai smartphone tersebut. Eyang menyuruh saya untuk menjualnya dan nanti dibelikan handphone baru sesuai selera Eyang. Terus, kenapa tidak dibeli sendiri saja? Engg...saya nggak punya uangnya. Lagipula, saya masih cinta berat pada handphone jadul dengan merek yang mulai berkurang penggemarnya ini :D
Kebetulan Kk sedang libur sekolah. Saya lupa libur apa. Sengaja saya ajak dia untuk menemani saya. Saya punya pengalaman tidak enak diikuti orang saat berkeliling di pusat belanja elektronik alias mall khusus handphone tersebut. Saat itu saya pergi sendirian. Saya berkeliling dari konter satu ke konter yang lain. Ternyata barang yang saya cari tidak ada. Tidak menyerah, saya putuskan bertanya pada konter-konter di pojok mall disamping pagar pembatas. Jadi kalau tidak ada, saya tinggal balik kanan menyusur pagar menuju pintu keluar. Satu konter menjawab tidak ada. Konter berikutnya juga menjawab yang sama. Kecewa, selesai bertanya saya langsung balik kanan, mau pulang saja. Gerakan tubuh saya yang tiba-tiba balik kanan membuat dua orang dibelakang saya terlihat kikuk. Orang yang satu langsung ke pinggir pagar, pura-pura melihat ke luar mall. Sedangkan orang yang satu lagi langsung mengalihkan pandangan dengan berpura-pura melihat-lihat isi konter yang ada di depannya. Sempat heran dengan ulah kedua orang tadi, akhirnya saya sadar, saya sedang diikuti! Langsung saya percepat langkah ke luar mall, naik angkot. Alhamdulillah, saya selamat dari pencopet!
Kembali ke cerita jalan-jalan saya bersama Kk. Dengan mengajak Kk, maka ada 'bodyguard' cilik yang melindungi saya. Kami siap berangkat. Nih, saya sengaja pakai ransel yang dibawa di depan. Tas ransel berisi smartphone yang akan saya jual ini saya pegang erat-erat. Eits, jagoan cilik di sebelah saya juga tidak pernah lepas dari gandengan tangan saya. Jika tangan yang menggandeng Kk saya lepas sebentar untuk mengambil tisu atau lainnya, Kk langsung mencari tangan saya untuk dia genggam. Anak yang satu ini memang yang paling manja pada ibunya :)
Me and my bodyguard :D |
Sebelum ke mall untuk menjual smatphone, saya ajak Kk mampir sebentar ke bank di dekat mall. Mau ngeprint buku tabungan saja, sih. Jadi tidak lama. Masuk ke ruangan bank yang ber-ac membuat kami merasa nyaman setelah perjalanan naik kendaraan umum yang membuat gerah. Beres ngeprint, saya agak malas untuk keluar. Sengaja saya pura-pura membereskan isi tas, biar kelihatan sibuk. Supaya nggak keliatan kalau saya lagi numpang ngadem :p Sayang kenikmatan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba...ada bau tidak enak yang sudah sangat saya kenali!
"Kk, kamu kentut ya?" bisik saya. Kk hanya nyengir kuda. "Ayo, kita pergi dari sini!" buru-buru saya tarik tangan Kk keluar dari ruangan bank. Kami segera melarikan diri sebelum ada keributan dari orang-orang yang sedang bertransaksi di bank. Di luar gedung, kami berdua tertawa lega, "Aduuh Kakaaa! Orang-orang di dalam pasti pada mabok gara-gara bom dari kamu!"
Kami berjalan kaki menuju mall di belakang bank. Sampai di sana, saya langsung menyusuri konter-konter penjual handphone. Mengira-ngira, konter yang mana yang mau menerima smartphone yang akan saya jual. Konter pertama memberi harga yang kurang memuaskan. Meski baru dan baru dipakai sebentar, smartphone yang saya jual harganya sudah sama dengan yang sudah bekas. Itu saya bisa maklumi. Tapi yang bikin saya sedih, harganya jatuh karena sudah ada smartphone terbaru dengan tehnologi yang lebih canggih dan harga lebih murah. Kesimpulannya, jika dijual, belum tentu ada yang mau beli karena pembeli akan memilih si tipe yang lebih murah dan lebih canggih tersebut.
Setelah berputar-putar sambil menggandeng Kk, akhirnya saya pasrah. Ya sudah, terima saja harga segitu. Saya berhenti di sebuah konter di bagian pinggir di dekat pagar. Setelah tawar-menawar, Enci pemilik konter dan asistennya mau membeli smartphone saya. Nyesek sih, harganya jadi murah banget. Yah, nggak apa-apa deh, daripada lumutan di rumah nggak ada yang pakai.
Kemudian sang asisten memeriksa kondisi smartphone. Masih bagus atau tidak. Ya masih bagus dong, Mas! Ini kan nyaris nggak pernah dipakai. Sambil menunggu, saya mengobrol dan bertanya pada si Enci, kira-kira handphone yang seperti apa yang cocok untuk dipakai oleh nenek-nenek. Si Enci yang baik hati ini tidak keberatan dagangannya saya acak-acak. Padahal saya bilang cuma mau tanya aja, belinya nanti, sekalian ajak Eyang untuk memilih sendiri. Tapi dia tidak keberatan saya bawel bertanya. Kesimpulannya, handphone yang cocok untuk Eyang adalah handphone tombolnya bukan qwerty. Dijamin bikin bingung! Apalagi dikasih smartphone layar sentuh, duh...yu dadah yu bye bye deh!
Sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Kk nyeletuk, "Dilarang kentut!"
Saya kaget, "Haa?! Kk pengen kentut lagi? Tuh, kamu pergi ke pager sana!"
"Kentutnya di situ aja! Jangan di sini!" saya malu sekali jika ternyata Kk kelepasan ngebom di sini. Jangan-jangan transaksi bisa batal, nih.
"Enggak, Ibuuu! Kk nggak kepengen kentut. Ituuu! Kk baca tulisan itu!" sahutnya sambil menunjuk ke konter aksesoris handphone di depan kami.
Gambar diambil dari Google |
"DILARANG KENTUT!" begitulah tulisan sebuah stiker dengan lambang seperti gambar di atas. Si mas asisten tertawa terbahak-bahak. Si Enci bingung. Setelah ditunjukkan stiker tersebut, si Enci ikut tertawa, "Gue aja baru lihat stiker itu!"
Ha ha ha! Aduh Kk! Untung cuma stiker ya! ^_^
Emakkkkkk aku nanti kalau ketemu gak suka kentut sembarangan kok haha
BalasHapus
Hapusjangan ya maakk...hihihi
hahahahaha.....
BalasHapusjadi sudah dapet belum mba HP baru utk eyangnya? :)
Hp barunya udah dapet. Tapi sampe detik ini belum dipake sama Eyang, krna ga ngerti katanya. Padahal hp biasa n non qwerty juga *tepok jidat kucing lewat*
BalasHapushahahhahhaha gokil kali mbak postingannya
BalasHapuswah hebat nie mbak bisa bedain kentut setiap anggota keluarga, mesti hati2 nie klo buang kentut
Hehehee...jangan deket2 yak kalo mau ngebom :D
Hapuswah, kayaknya teorimu gak berlaku buat anak saya, mak. mesko masih 2,5 tahun tapi wangi kentutnya ajaib sekali. bahkan dari dia masih bayi! hahahaha saya aja bingung, mak. bukan saya aja yg bingung, tapi semua orang yg pernah menghirup udara segar dari bokon anak saya mesti bilang begitu. :D
BalasHapusHahaha...anaknya dikasih makan apa, Maak?
HapusKalo anak2ku waktu bayi masih pada sedap bau kentutnya pas masih makan bubur, Begitu udah makan lauk yg di meja baru deh mulai ajaib baunya :D
xixixixi... baru tau ada sticker kayak gitu :D Hebat ih, bisa hafal bau ketut anggota keluarga.. aku kok enggak :D
BalasHapusiya, aq jg baru liat itu stiker :D
HapusBisa, maak..ayoo berlatih... ala bisa karna biasa, hehehe