Late Supper at Rumah Makan Ibu Entin. Jiah, gaya amat judulnya. Bilang aja telat makan gitu. Kenyataannya memang ini makan malam kami yang sangat terlambat. Perjuangan menuju tempat liburan di pinggir pantai ini lumayan melelahkan. Total perjalanan dari Bogor menuju lokasi tempat menginap adalah delapan jam dari yang seharusnya cuma empat jam saja. Macet oh macet. Tidak disangka jalur alternatif pilihan Mbah Google masih kena macet juga.
Sepanjang jalan jelang keluar dari pintu tol, saya melihat ada papan nama rumah makan yang kelihatannya ramai pengunjung. Cabang rumah makan tersebut ada banyak. Lanjut jalan menuju Anyer, RM Ibu Entin, nama rumah makan tersebut beberapa kali kami lewati. "Nanti kita makan di RM Ibu Entin dekat hotel saja," kata Bapa.
Menahan lapar demi makan malam yang enak, kami menghabiskan cemilan yang ada di mobil selama terjebak macet. Tidak tahan lapar, sempat juga ingin menepi dan makan apa saja yang dijual di pinggir jalan. Sayang, suasana gelap dan jalanan daerah yang masih jarang bangunan ini tidak ada rumah makan yang kelihatan layak untuk dicoba. Ada rumah makan besar, tapi suasananya horor. Nggak jadi deh...
Menepi untuk shalat isya di mesjid yang juga sulit ditemui, perut saya sudah keroncongan mencium aroma bakso dari pelataran parkir. Mesjid yang mendadak jadi rest area ini penuh dengan orang-orang yang melepas lelah setelah pegal melewati macet. Mau makan di tempat ini? Uh, enggak banget deh. Mending jalan lagi deh, tahan lapar.
Lolos dari kemacetan dan berhasil mencapai jalan utam di pesisir pantai, kami singgah di RM Ibu Entin yang lokasinya sudah dipantau via gps. Alhamdulillah, sampai juga kita. Boyz yang terlelap pun dibangunkan. Uring-uringan pastinya. Tapi mereka harus bangun dan makan supaya perut tidak kosong dan jadi sakit.
Ngantuk dan lelah bikin nggak semangat makan. Masuk ke rumah makan yang sepi ini, saya malah celingak-celinguk karena pelayan yang tidak kunjung datang ke meja kami. Dua orang terlihat sibuk meladeni meja sebelah yang terdiri dari satu keluarga yang berjumlah enam atau tujuh orang saya lupa.
Duduk lagi, kok belum didatangi juga. Sibuk? Enggak juga tuh. Beberapa pelayan terlihat cekikikan di pojok. Saya hampiri mereka dan menanyakan gimana caranya memesan makanan. "Duduk saja, Bu. Nanti makanannya diantar," sahut si Teteh pelayan. Di luar saya amati juru masak sedang sibuk membakar ikan. Oh oke, saya pun kembali duduk.
Tidak lama, benar saja kata Teteh pelayan tadi, makanan langsung dihidang di atas meja. Jadi begitu ya. Kita cuma duduk saja dan pelayan akan menyajikan makanan yang porsinya dihitung dari jumlah orang. Karena kami berlima, nasi putih, teh hangat, dan makanan lainya disajikan untuk lima orang.
Makanan yang terhidang di atas meja |
Saya lupa ada makanan apa saja. Maklum, ngantuk dan capek luar biasa. Ditambah perut yang sudah kelaparan jadi tidak sempat memotret semua makanan. Yang penting makan dulu. Apalagi saya harus menyuapi Dd Irsyad yang rewel dan malas makan. Untung saja ada otak-otak ikan tenggiri kesukaan boyz. Makan otak-otak jadi hidangan pembuka yang bikin melek mata. Ayo, bangun! Makan dulu!
Seingat saya ada ura[, ikan asin, lalapan dan sambal, tahu tempe, terus yang coklat bulat itu apa ya lupa. Barangkali jika kami tidak datang pada pukul 9 malam begini, jumlah makanan yang dihidang akan lebih banyak. Mungkin lho...
Urap |
Makanan paling enak adalah yang datang belakangan, yaitu ikan bakar dan sate udang yang masih hangat! Lagi-lagi saya lupa ikan apa. Kakap barangkali. Biasanya biar nggak lupa, saya selalu mencatat nama makanan dan bahannya buat bahan postingan blog. Berhubung lagi nggak mood karena tepar, harap maklum ya...
Ikan bakar dan sate udang |
Bagi yang terbiasa dengan ikan bakar kecap dengan bumbu yang medok pasti akan merasa kurang saat mencicipi ikan bakar di sini. Buat saya sih nggak masalah. Sesekali mencicipi ikan bakar dengan cita rasa yang berbeda. Dalam keadaan lapar begini, makan apa saja jadi terasa enak banget, hehe.
Lumayan... enak juga |
Sayang, suasana rumah makan ini kurang menarik dan kebersihannya tidak terjaga. Saya lumayan ilfil melihat banyak sampah tisue di sekitar meja makan. Sudah waktunya tutup mungkin, jadi sekalian saja tidak usah dibersihkan sampai besok pagi. Hmm....
Setelah membayar (harganya terjangkau dan tidak terlalu mahal menurut saya), kami segera melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi sampai. Makanan di rumah makan ini memang lumayan enak, tapi saya tidak akan datang ke rumah makan di lokasi ini lagi. Siapa tahu di cabang yang lain suasananya lebih nyaman dan menu makanannya lebih bervariasi.
RM Ibu Entin cabang Labuan Banten |
sayang ya mbk, itu sih teteh pelayannya kebanyakan cekikikan, cb dipakai bwt bersih2 gt ya mbk,
BalasHapusmungkin biar beresinnya sekalian besok pagi karna mau tutup
HapusKadang karena pelayanan yang kurang jadi membuat rasa makanannya juga menjadi kurang enak hehe
BalasHapusHmm, biasa lah mak itu krn malem kali, udah pada capek pelayannya, hihi, tapi makanannya enak2 ya kliatannya. Late supper, santappp :D
BalasHapuswah ini sih berhasil bikin lapar ya lihat menunya
BalasHapusKalau saya sih Bu Entin yang di Serang Mbak. Lumayan bersih kalau di situ. Salah satu tempat makan favorit keluarga juga.
BalasHapusKayaknya ikan mujair ya mba
BalasHapusMakan ikan bakar ama sambal dan nasi panas enak bangeet :)
Kalau ikannya segar, dibakar begitu aja tanpa bumbu medok tetap enak :)
BalasHapus