Menguatkan diri untuk menulis ini di blog. Baru lihat foto-fotonya saja bikin sedih. Apalagi menulisnya. Merasa harus ditulis. karena Cilu adalah bagian dari keluarga dan kenangan indah di keluarga kami.
Ya, kini Cilu sudah tiada. Tidak lagi menemani hari-hari kami selama lebih dari... berapa lama ya Cilu bersama kami. Jumpa pertama dengan Cilu sekitar bulan Juli 2014.
Cerita sejarah dikit. Cilu resmi diadopsi tanggal 13 Maret 2015 yang kami jadikan tanggal ulang tahun Cilu. Butuh waktu lama ga langsung ngakuin Cilu jadi milik karena waktu itu Cilu masih punya majikan, yaitu tetangga di ujung gang. Ngga enak lah, masa kucingnya diambil.
Namun karena Cilu akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah kami dan enggan pulang, sang pemilik pun merelakan Cilu kami adopsi. Terima kasih Ibu dan Pak Burman.
Cerita lengkapnya tentang awal pertemuan dengan Cilu bisa dibaca di postingan ini: Cilu yang Cantik.
Lanjut lagi ke cerita kepergian Cilu...
Beruntung saat Cilu sakit saya update di Instagram @ucingbelangtilu. Apalagi pas banget apes hp rusak, semua foto dan video Cilu hilang. Sudah tersimpan di Instagram, saya jadi nggak kehilangan jejak. Sekarang, saya tulis ulang ceritanya berdasarkan postingan di Instagram...
12 oktober 2021
Awalnya, ada 1 benjolan kecil di payudara Cilu. Lama-lama bertambah menjadi 3 buah. Kondisi tumor mamae pada Cilu: 2 benjolan besar dan 1 benjolan kecil. Cilu biasa saja tidak merasakan sakit.
Jelang pindah rumah, saya sengaja membeli kandang kucing berukuran besar ini buat Cilu. Untuk mengurung Cilu pas pindahan biar ngga kabur. Dan untuk tempat Cilu sakit (sudah tahu bahwa kondisi Cilu bakal parah). Kandang ini dibeli onlen pas lagi diskon. Kenyataannya saat dipakai, Cilu maunya mojok dan bagian kiri malah bisa masuk bak pasir.
3 November 2021
Cilu dirawat di klinik hewan dekat rumah karena tumornya keluar darah. Sehari sebelum pindah rumah. Cilu terpaksa dititip ke klinik karena lagi riweuh pindahan, supaya ditangani dengan baik.
4 November 2021
Pulang ke rumah baru. Cilu terpaksa dikandangin. Cilu dikasih kerah tapi dia ngga betah. Lukanya sudah berhenti berdarah tapi kadang ada yg keluar sedikit.
4 November 2021
Dd Irsyad pengen tidur sama Cilu seperti biasa. Cilu juga teriak terus ga mau dikandangin. Saya jadi nggak tega. Supaya lukanya ngga terbuka lagi, Cilu dipasangin gurita. Saya buat gurita dari perlak alas kandang (diajarin drh.Wakhid, dokternya Cilu). Cilu pun senang bisa bobo di kasur lagi.
5 November 2021
Saat Cilu tengah tiduran (sejak sakit, Cilu nggak banyak bergerak, hanya tiduran saja), tiba-tiba Ayan cucunya Cilu (anak dari Kitty) mendekati. So sweet banget sih Ayan, nemenin nenek Cilu. Bahkan Cilu tumben nggak nabokin Ayan seperti biasa. Mungkin Cilu sudah tidak punya tenaga buat nabok...
Entah kenapa, si Ayan tetiba deketin Cilu. Cium2 kaki belakangnya... lalu digigit pelan! Tentu saja Cilu kaget dan marah. Maksudnya kenapa ya? Geregetan kah?
Waktu pertama Cilu berdarah, seprei habis 3. Cilu terlihat lebih nyaman pakai gurita, karena perutnya dibelit jadi ga banyak mengeluarkan darah. Juga bisa tiduran di kasur kan, nggak di kandang.
Ingat dulu Cilu sempet nggak betah dikandangin dan nangis2 minta pulang waktu Cilu Disteril.
6 November 2021
Karena makin sering berdarah, Cilu masuk kandang. Gurita yg tadinya diganti pagi sore, jadi diganti 3 kali.
7 November 2021
Tiap gurita dibuka, darahnya langsung keluar. Buru2 ditutup lagi. Foto tetesan darah sengaja saya sensor pakai stiker bunga, biar nggak terlalu horor...
7 November 2021
Tidak biasa pipis dan pup di kandang, Ibu bawa Cilu ke kamar mandi. Di rumah lama, Cilu biasa pipis di kamar mandi dan pup di luar rumah (kalo kebelet dia pup di kamar mandi).
Sebenarnya Cilu biasa pup di tanah sekitar rumah lama. Dulu kalau pup di kamar mandi itu karena kebelet atau pas lagi sakit kayak waktu Cilu Ditabrak Motor.
9 November 2021
Tega ngga tega, Cilu harus ada di dalam kandang. Ditaruh di tengah rumah dan bisa lihat kita semua. Juga ditemenin di sebelah kandang sambil nonton tv.
10 November 2021
Panik dan tertekan dengan kondisi Cilu yang semakin parah, saya curhat pada Mbak Een dan Mbak Yanti. Lewat Mbak Een, saya dikenalkan dengan Mbak Pungki dari Rescue kucing. Beliau pun menyanggupi untuk membantu pengobatan Cilu.
Selanjutnya, saya diminta memotret dan memperlihatkan video kondisi Cilu yang sebenarnya untuk diobservasi oleh dokter hewan yang selanjutnya akan difasilitasi Rescue Kucing.
Ini yang terjadi saat gurita Cilu dibuka. Foto horor disensor bunga. Jangan lihat videonya kalo ga kuat. Maaf diposting di sini untuk dokumentasi
11 November 2021
Jujur, saya tidak tahu harus bagaimana lagi. Keputusan merawat sendiri Cilu di rumah ternyata berat bagi saya dan membuat stress. Tidak sanggup untuk mengoperasi Cilu di klinik dekat rumah karena terbentur biaya.
Mbak Pungki memasang status tentang Cilu di Facebook. Alhamdulillah, dapat donasi untuk biaya operasi Cilu. Terima kasih banyak, semoga Allah membalas kebaikan dengan pahala yang berlimpah, aamiin.
Menunggu kabar dari Rescue Kucing, Cilu dirawat di rumah. Cilu mau makan kalau disuapi sama Ibu. Nggak mau makan tongkol kesukaannya. Dikasi makanan basah untuk anak kucing, Cilu mau.
Hari Jumat pukul 7 pagi, Cilu dijemput ojek rescue kucing. Dibawa ke Klinik Laika seberang Cibiong City Mall untuk dioperasi pada pukul 10.
Cilu sudah disuapi makan jam 4 pagi dan mulai puasa sejak itu untuk persiapan operasi. Ternyata itu suapan terakhir Cilu di rumah ini...
13 November 2021
Hari Sabtu keesokan harinya, saya jenguk Cilu. Diantar Bapa yang menunggu di parkiran karena kami harus segera ke Ciapus menemui Kakek yang sakit.
Tidak lupa membawakan nasi padang dan coklat silverqueen untuk keempat perawat yang bertugas menjaga Cilu.
Hanya sebentar dan lupa difoto. Tepatnya nggak tega. Karena saya terlalu sedih dan nggak kuat melihat kondisi Cilu pasca operasi. Bawaannya pengen nyulik pulang. Tapi kan nggak boleh karena jahitan belum kering.
15 November 2021
Hari Senin ini, saya pergi menjenguk Cilu untuk kedua kalinya. Cilu susah makan. Dibawain makanan kucing bentuk gel kesukaannya, juga nggak dilirik. Oia untuk perawat klinik, saya bawakan paket isi cemilan roti.
Berat badan Cilu yg biasanya gendut, terasa makin ringan. Iya, Cilu kurusan karena susah makan. Saya jadi makin sedih melihat kondisinya.
Selasa, 16 November 2021
Hari Selasa, saya datang lagi menjenguk Cilu. Saya lupa bawa makanan apa untuk para perawat klinik. Anak Ibu kelihatan cantik sekali walo pakai kerah...

Cilu sempat bereaksi mendengar suara kemasan tongkol dibuka. Ini kan makanan favorit Cilu. Tapi pas disuwirin, Cilu nggak mau makan. Kondisi jahitan terlihat makin membaik. Sayang nafsu makan Cilu turun terus.
Saat itu saya memangku Cilu. Tumben Cilu diam saja. Biasanya ogah dipangku apalagi digendong. Cilu pasti kangen, ya. Biasa bercengkrama dengan hangat di badan kami. Bayangin Cilu di kandang pasti kedinginan. Hiks...
Cilu tidur cukup lama di pangkuan saya. Ngga tega banguninnya. Kalau ngga inget mau jemput Dd Irsyad pulang sekolah dari kegiatan AKM... ingein lebih lama lagi bersama Cilu.
Maaf ya Cilu, Ibu pegel sih ga masalah. Cuma ada rasa ngga enak aja duduk lama di klinik. Sementara dibalik meja lagi rame pada rujakan. Bukannya saya minta dibagi, cuma ngga nyaman aja ikut dengerin obrolannya yang jelas. Jadi, saya merasa harus buru-buru pulang.
Cilu tidur di pangkuan ini jadi momen terakhir saya mendengar dengkuran dan suara her-hernya Cilu yang bahagia bersama saya.
19 November 2021
Hari Jumat, pukul 14.30 saya ke klinik menemui Cilu dalam keadaan kritis. Napasnya sesak dan pakai oksigen. Kondisi Cilu yang sesak napas sudah dikabarkan malam sebelumnya. Bisa jadi, Cilu sesak napas karena sakit paru-parunya kambuh.
Sampai di klinik, saya lihat Cilu sedang tiduran dengan oksigen di mocongnya. Saya membungkuk untuk memeluknya. Ketika napasnya agak lega, oksigen dilepas. Sesak, pasang lagi... Entah berapa lama saya menemani Cilu dalam kondisi seperti itu.
Mbak Pungki yang sudah datang lebih dulu di klinik, menawarkan saya untuk cek rontgent pada Cilu. Saya menolak, karena merasa itu tidak ada gunanya. Saya sudah diberitahu tentang riwayat penyakit paru-paru Cilu oleh dokter sebelumnya.
Rencananya, hari ini Cilu dibawa pulang untuk dirawat di rumah Mbak Pungki. Kondisi jahitan sudah kering dan membaik. Khawatir jahitannya terbuka lagi, Mbak Pungki mau merawat Cilu dengan sukarela. Saya ikut menjemput Cilu sekaligus menemui Mbak Pungki. Pikir saya, hari-hari selanjutnya akan membesuk Cilu di rumah Mbak Pungki.
Melihat Cilu makin kritis, saya meminta untuk membawa pulang Cilu. Merasa sudah dekat dengan saat terakhirnya, saya ingin kami sekeluarga mendampingi Cilu dan dia pergi dengan tenang di rumah. Mbak Pungki mengijinkan, asal selama perjalanan pulang dan di rumah ada oksigen.
Di rumah saya memang ada oksigen, menyimpan stok untuk Kakek yang sakit. Kebetulan Bapa (suami saya) sedang ke Ciapus untuk mengambil tabung oksigen yang kosong. Saya lalu menelpon Bapa untuk mengisi mengisi oksigen sembari menjemput Cilu.
Ketika sedang dipangku, Cilu yang lemah tiba-tiba meronta. Marah, nggak mau pakai oksigen. Oke Cilu, oksigen dilepas. Lalu Cilu mengompol bikin baju saya jadi basah.
Oh Cilu pasti marah, pikir saya. Karena biasanya Cilu pipis kalau lagi marah pas dimandiin. Cilu dibiarkan tenang, sebelum pakai oksigen lagi.
Lalu Cilu minta turun ke lantai.
Dilepas, Cilu pun berulang kali jatuh karena lemas. Cilu tiduran di lantai, mulai sesak lagi. Segera saya meminta perawat untuk memasang oksigen lagi. Namun perawat dan Mbak Pungki sudah tahu kalo ini waktunya Cilu pergi.
"Cilu... Cilu-ya~...Cantik... Cancan... Ilu... anak Ibu yang paling cantik..."
Sepertinya Cilu menunggu saya untuk berpamitan.
"Gapapa Cilu kalo mau pergi, Ibu ikhlas. Ibu sayang Cilu. Terima kasih sudah menemani dan bikin Ibu bahagia selama ini..." saya memeluk Cilu sampai nafas terakhirnya.
Sekitar pukul 3 sore, Cilu pergi untuk selamanya...
Innalillahi wa innailaihi rojiun. Cilu sudah tenang ya, ngga sakit lagi.
Dua kali perawat ngecek, Cilu masih kejang sesekali. Katanya Cilu udah ngga ada, tapi fungsi ototnya masih bereaksi. Pupil matanya sudah berubah jadi abu-abu semua. Proses perginya Cilu singkat dan lancar.
Cilu dikubur di depan rumah
Saya menelpon rumah, mengabari kepergian Cilu. Bapa yang baru sampai dari Ciapus dan bersiap pergi menjemput, saya batalkan. Saya meminta Bapa menyiapkan kuburan Cilu di rumah.
Cilu sampai di rumah. Saya membawanya dengan Grab bike. Sepanjang jalan saya menangis sambil memangku tubuhnya yang belum kaku. Sampai rumah, langsung dibungkus dengan kain kesayangan yg suka dipakai Cilu tidur.
Kami segera menguburkan Cilu di halaman rumah pindahan. Mau ke rumah sendiri, takut makamnya nanti diacak-acak sama yang ngontrak. Mau dibawa ke Ciapus, sudah kesorean. Mau dikubur di lapangan? Ogah nyampur sama kuburan kucing yang lain.
Kalau Cilu ada di teras rumah begini, kami bisa menyapa Cilu setiap saat. Jemur baju, sapa Cilu. Kasih makan ayam, sapa Cilu. Nyiram tanaman, nyapa Cilu. Keluar masuk rumah, ada Cilu di situ. Cilu tetep bareng sama kita terus yaa...
Selamat tinggal Cilu. Sampai kita bertemu lagi... Ibu sayang Cilu.
Gemoy banget kucingnya, binatang peliharaan satu ini memang kesayangan banget gak bisa sebentar aja jauh. Ada aja tingkah konyolnya yang menghibur, selain itu pasti kita sering ngerasa kalau kucing itu tahu banget perasaan kita saat itu. Sedih banget kalau sampai kayak gini, sabar ya, Mbak.
BalasHapusMaaf Cilu, baru tahu perjalananmu...
BalasHapus