Lanjutan dari cerita jalan-jalan ke Lombok. Masih di hari pertama. Setelah kunjungan ke Sirkuit Mandalika, Bukit Seger, dan Pantai Kuta Lombok... selanjutnya adalah ke Desa Adat Wisata Sade Rembitan.
Oia, sekilas dikit tentang itenary. Sebelum berangkat, Bapa sudah chat dengan travel guide-nya tentang itenary. Ditawarkan beberapa opsi. Kami menyepakati pilihan tempat wisata yang disesuaikan dengan kesukaan 3 boyz. Jadi sengaja pada hari pertama jadwalnya padat supaya di hari berikutnya bisa konsen di tempat wisata yang lain.
Desa Adat Sasak Sade Rembitan
Waktu menunjukkan pukul 13.45 WITA dan cuaca agak gerimis ketika kami tiba di Desa Adat Sasak Sade Rembitan. Di desa wisata adat ini kami ditemani guide yang merupakan penduduk setempat. Sebelum berkeliling, kami mendengarkan sedikit penjelasan dari Bapak Guide yang bernama duh saya kok lupa, maapken. Kalau nggak salah namanya Pak Markum.
 |
Duduk dulu di balai desa sebelum keliling |
 |
Balai pertemuan untuk warga desa |
 |
Tur guide dan peraturan di desa adat |
Sebelum jalan, mari kita foto dulu di depan...Yuks mari kita mulai menjelajah desa adat... |
Untung hujannya reda :) |
 |
Salah satu rumah di desa adat |
 |
Rumah khusus pengantin baru |
Oia, warga desa menggantungkan hidupnya dari bertani dan berjualan cendera mata. Semua perempuan wajib bisa menenun. Aneka kain tenun cantik pun dijajakan di halaman rumah.
 |
Jualan souvenir |
 |
Duh cakep cakep semua... |
 |
Main game sambil jaga dagangan
|
Saya sempat coba menenun. Ternyata susah juga lho. Satu per satu benang disatukan dengan alat tenun khusus. Benar-benar penuh kesabaran. Dan paduan warna cantiknya adalah karya kreativitas yang keren banget.
 |
Alat pemintal benang |
 |
Belajar menenun itu susahh... |
Berhubung si ibu penjual sudah baik hati mengajari saya menenun, Bapa pun membeli salah satu dagangannya. Yaitu sarung kain tenun berwarna merah.
 |
Sarung kain tenun |
Saat berkeliling, saya sempat naksir outer tenun tapi ragu-ragu untuk membelinya. Saya pikir ah nanti juga banyak yang jual. Ternyata hari berikutnya saya malah kerepotan nyari itu outer kain tenun hahaha... (ceritanya menyusul).
 |
Tas, dompet, baju, dan souvenir lainnya
|
Kami juga berfoto di sebuah pohon yang dikeramatkan, yaitu pohon cinta. Pohon ini adalah pohon nangka yang sudah mati. Dipercaya masyarakat sasak sebagai saksi bisu percintaan muda mudi sebelum ke jenjang pernikahan.
 |
Foto di depan pohon cinta |
Pohon kering tanpa buah dan daun di tengah desa ini adalah tempat pertemuan insan yang sedang jatuh cinta. Mereka dijodohkan kemudian melakukan ritual adat kawin lari untuk menikah.
Terakhir, kami melihat isi rumah yang lantainya terbuat dari kotoran sapi. Hah yang bener? Iya. Tapi anehnya, nggak ada bau busuk sama sekali lho. Kotoran sapi kering kayak diamplas rata dengan tanah dan terlihat licin mengkilap.
 |
Lantai rumah dari kotoran sapi |
Kami hanya mengintip saja. Ada penghuninya, nggak enak kalau masuk ke dalam walaupun guidenya bilang tidak apa-apa. Saya juga nggak berani menyentuh langsung lantai rumah itu. Agak-agak parno aja hehehe.
Usai berkeliling, kami shalat dulu di mesjid terdekat. Adanya di desa sebelah. Di desa sebelahnya itu sudah lebih modern dan rumahnya berlantai keramik bahkan memiliki sepeda motor.
Sebelum pulang, foto-foto dulu dong...
Menikmati Ayam Taliwang khas Lombok
Sampai di Lombok, nggak sah kalau belum makan ayam taliwang. Jam menunjukkan pukul 15.44 WITA. Kami tidak keberatan untuk makan malam dipercepat alias makan sore. Nanti di penginapan kan bisa makan lagi.
Kami dibawa ke rumah makan yang menyajikan ayam taliwang. Namanya Rumah Makan Taliwang Irama 3 (cabang ketiga). Cuaca sedang hujan. Memang habis keliling desa dan udara agak dingin bikin lapar.
Setelah kenyang, karena lelah pengen buru-buru rebahan di penginapan, kami nggak foto bareng di restoran. Cukup saya aja yang mejeng di gerbang padahal yang lain sudah masuk ke mobil :D
 |
Kang foto mejeng dulu :D |
Bersambung ke cerita selanjutnya...
Wah desa adat sade, rumahnya ala-ala rumah zaman dulu, desain yang klasik dan kuno ini sudah jarang banget ditemui jadi pengin ke sana. Ada kain tenun juga, adatnya keliatan kental banget. Pasti seru nih jalan-jalan ke Lombok.
BalasHapus