Suatu malam di Makassar, kami membawa anak-anak untuk dicukur rambutnya. Biasanya Aa Dilshad dan Kk Rasyad saja yang dicukur,dan ibu cukup menunggu di rumah dengan Dd Irsyad.Tapi kali ini semua ikut, Dd Irsyad mau dicukur! Agak deg2an karena takut Dd Irsyad menangis saat dicukur nanti.
Giliran pertama,Kk Rasyad. Dia mau dipotong cepak. Saat bercukur juga masih sering melirik Ibu dan Bapa.Masih harus disemangati,”Ayo Kak,jangan bergerak dulu,sebentar lagi juga selesai.
Kk Rasyad sedang dicukur |
Nah,ganteng kan aku? |
Giliran kedua, Aa Dilshad.Aa ini paling susah disuruh cukur rambut. Alasannya dia malu, kalau datang ke sekolah dengan ‘wajah baru’suka diledekin “Botak botak!” katanya. Yah Aa, itu kan tandanya teman kamu perhatian,makanya suka kasih komentar. Kalau komentarnya nyebelin,cuekin aja. Ya ngga A? Dan akhirnya setelah dibujuk,baru Aa mau dicukur,dengan syarat: dirapikan saja! Yah nanggung dong. Tapi biarlah,daripada gondrong.
AaDilshad sedang dicukur |
Berikutnya,giliran Dd Irsyad,nah loh!
Dd Irsyad dipangku Bapa saat bercukur |
Ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti, Dd Irsyad malah anteng kok,ngga nangis lagi! Ya tentunya bercukurnya pakai siasat: digendong oleh Bapa dan Bapa juga ikut dibungkus dengan kain untuk bercukur, hihi.
Untung anteng ya, De |
Berbeda dengan kedua kakaknya waktu masih bayi,kalau mau dicukur. Haduuh, bisa nangis dan memberontak! Bahkan kadang jadi terluka sedikit kena pisau cukurnya. Kasihan.
Jangan bergerak ya |
Wah kamu memang hebat ya De! Mudah-mudahan akan anteng terus kalau mau dicukur lagi.
Wah...klo waktu bayi Faiz malah sama aku...dipangku dan anteng, paling gerakan usilnya muncul.
BalasHapusSeru dan kompak ya...potongnya bebarengan
Salam
Astin