Pada bulan Juli tahun lalu seharusnya Kk Rasyad mulai masuk sekolah Taman Kanak-kanak. Namun situasi saat itu tidak memungkinkan untuk Rasyad bisa bersekolah. Kenapa? Saat itu kami tinggal di Makassar dan tidak punya asisten rumah tangga. Artinya bila Kk Rasyad sekolah, saya harus membawa serta adiknya Dd Irsyad yang masih bayi untuk mengantar dan menunggui di sekolah.
Selain membayangkan repotnya, kami juga punya pertimbangan lain: bagaimana kalau baru masuk sekolah lalu kami pindah lagi? Sayang uang pangkalnya, kan. Jadi, Kk Rasyad terpaksa 'dikorbankan' untuk tidak bersekolah dulu. Maafin ya, sayang.
Ternyata dugaan kami benar, kami pun pindah ke Bogor. Karena kali ini kami sudah menetap dan tidak pindah-pindah lagi (insyaAllah), maka saya segera mencarikan sekolah untuk Kk Rasyad. Kasihan kalau dia tidak bersekolah. Di rumah ia sering terlihat bosan karena tidak ada teman bermain, tidak ada Aa Dilshad dan semua anak tetangga pergi sekolah.
Saya menyekolahkan Kk Rasyad ke sekolah yang tidak jauh dari rumah, yang jaraknya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Karena tidak ada sekolah yang mau menerimanya sebagai murid baru di TK semester 2, maka Kk Rasyad dimasukkan ke sekolah setara playgrup. Maksudnya supaya mengenalkan suasana dan lingkungan sekolah, jadi tidak kaget kalau masuk TK nantinya.
|
Bergaya saat berangkat sekolah |
Akhirnya Rasyad sekolah juga! Senang deh! Meski ada perasaan bersalah karena merasa terlambat memasukkan Rasyad langsung ke sekolah TK yang bagus, sehingga harus bersekolah di tempat lain dulu agar ia bisa beradaptasi. Ngga apa-apa ya.
Namanya juga baru masuk sekolah, Kk Rasyad belum merasa nyaman dengan lingkungan barunya. Setiap hari saya mengantar dan menunggui Rasyad. Sementara adiknya Dd Irsyad dititipkan di rumah dengan Umi, asisten rumah tangga kami yang baru. Pernah sesekali Dd Irsyad diajak ke sekolah. Tapi ngga lama-lama deh, soalnya Irsyad ngga bisa diem. Jadi disuruh pulang duluan deh.
|
Dd Irsyad naik ke atas meja |
Selama di sekolah, Kk Rasyad tidak mau berada jauh dari saya. Jika ibunya hilang dari pandangan, ia akan gelisah. Kadang bukannya duduk dekat gurunya, ia justru memilih untuk gelendotan sama Ibu. Ya sudah, tidak apa-apa.
|
Makan pizza saat istirahat |
Di sekolah, yang paling ditunggu oleh Kk Rasyad adalah saat jam istrirahat. Pada saat itu ia boleh memakan bekal yang dibawa dari rumah, lalu bebas bermain. Biasanya Kk Rasyad akan meminta saya menemaninya bermain ke TK. Apalagi kalau melihat anak tetangga kami, Rafi, yang sekolah di TK sedang bermain. Maka ia akan berteriak memanggil temannya itu dan mengajaknya bermain bersama.
|
Bermain di TK |
|
Bermain dengan Rafi |
Sekolah Rasyad adalah Taman Al Qur'an atau sering disebut Ta'am oleh warga komplek kami. Sekolahnya bukan di ruang kelas. melainkan di teras mesjid yang luas. Ta'am terdiri dari dua kelas, Ta'am Kecil (untuk usia 2-3 tahun) dan Ta'am Besar (untuk usia 3-4 tahun), dan hanya dibatasi sekat yang ditempeli gambar berwarna-warni.
Sekolah yang sederhana dan cukup terjangkau bagi warga komplek. Karena larisnya, bahkan untuk sekolah Taman Kanak Kanak yang masih satu yayasan dengan kepengurusan mesjid ini, pendaftarannya diberlakukan sistem waiting list. Namun kami tidak akan menyekolahkan Rasyad di TK tersebut, karena kami sudah punya rencana untuk memasukkan Kk Rasyad ke sekolah yang sama dengan Aa Dilshad. Jadi, selepas dari Ta'am ini, Kk Rasyad langsung masuk kelas TK B di sana.
Harga menentukan kualitas. Ya benar. Begitu pula dengan sekolah Ta'am ini. Dengan iuran yang tidak menguras kantung, maka diperoleh fasilitas seadanya, lalu kualitas tenaga pendidik dan pelajarannya juga tidak bisa diharapkan seperti di sekolah playgrup yang mahal. Misalnya, anak tetap boleh ditunggui. Jumlah tenaga pengajarnya sedikit, 3 guru di kelas Ta'am Kecil dan 2 guru di kelas Ta'am Besar. Sedangkan jumlah muridnya dalam satu kelas ada belasan anak. Bahkan di kelas Ta'am Kecil anak harus ada pendampingnya terus untuk membantu proses belajar si anak itu sendiri. Gurunya jadi ngga usah repot gitu, maksudnya.
|
Walau panas, tapi tetap ceria |
Selama di sekolahnya, Kk Rasyad belum mau mengikuti kegiatan belajar. Kadang dia mau disuruh mewarnai, kadang malah diam saja tidak mau mengerjakan petunjuk yang diarahkan oleh gurunya. Seringkali, malah ibunya yang disuruh mewarnai.Begitu juga dengan kegiatan lainnya seperti menyanyi, membaca doa, berbaris, dan senam, Kk Rasyad tidak mau ikut serta. Kalau terpaksa ikut, dia akan diam saja dan terus merajuk supaya bisa kembali 'nempel' dengan ibunya.
|
Berbaris sebelum masuk kelas |
Kalau pelajarannya menyenangkan dan dilakukan sambil bermain, Kk Rasyad baru mau ikut serta. Seperti saat ada kegiatan membuat burger sendiri dan mencuci piring. Nah, yang mencuci piring ini, sepulang sekolah bajunya basah, keesokan harinya badannya langsung demam karena kebetulan kondisi kesehatannya juga sedang kurang baik. Duh, kasihan. Tapi tetap tidak kapok main air kan?
|
Makan burger hasil buatan sendiri di sekolah, nyam! |
|
Pelajaran mencuci piring. Basah deh :) |
Ada lagi nih, kegiatan di sekolah yang membuat anak-anak senang: naik odong-odong! Ya, mobil odong-odong ini khusus dicarter oleh sekolah untuk membawa anak2 keliling komplek secara bergantian. Tapi, Kk Rasyad malah ngambek tidak mau naik. Dia tidak mau ikut kalau ibunya tidak ikut. Yah, Ibu kan ngga muat kalau ikutan. Ya sudah, Kk Rasyad pun ditinggal.
|
Dan semua anak naik odong2, kecuali... |
Akhir-akhir ini Kk Rasyad jarang pergi ke sekolah. Penyebabnya karena kesibukan saya di rumah. Saat rumah sedang direnovasi, Kk Rasyad absen karena saya sibuk mengawasi tukang bangunan dan mondar-mandir ke toko material. Juga ketika Aa Dilshad atau Dd Irsyad sakit, saya yang sedang repot jadi tidak bisa membawa Kk Rasyad ke sekolah. Jadi, Kk Rasyad baru bisa pergi ke sekolah kalau ibunya sedang tidak sibuk. Habis kamu maunya ditemani Ibu terus sih, kalau sama Umi ngga mau ke sekolah. Hmmm...
|
Lagi ngambek |
Saya juga tidak memaksakan Kk Rasyad untuk ke sekolah setiap hari. Sebelum berangkat, saya lihat dulu mood-nya. Lalu saya cocokkan dengan kondisi apakah Dd Irsyad bisa ditinggal atau tidak. Kalau situasi mendukung, barulah saya mengajaknya ke sekolah.
Saya merasa sekolah Kk Rasyad ini jauh sekali dengan sekolahnya Aa Dilshad saat playgrup dulu. Kembali lagi, karena masalah harga dan kualitas. Saya merasa kemandirian anak kurang bisa dikembangkan dengan sistem pendidikan di Ta'am ini. Merasa buang2 waktu sih tidak, Kk Rasyad tetap harus sekolah. Daripada anaknya marah2 setiap pagi karena bosan di rumah saja, ya ngga?
Terakhir dan terpenting, dengan mengantar dan menunggui ke sekolah, saya jadi punya banyak waktu berduaan saja dengan Kk Rasyad. Sejak Dd Irsyad lahir, Ibu merasa perhatian buat kamu jadi berkurang karena repot. Ibu memang jadi jarang berduaan lagi bermain bersama kamu ya, nak.
|
Manjat pohon dulu sebelum sekolah |
Seperti pada suatu hari sebelum Kk Rasyad masuk kelas. Saya yang belum sempat sarapan, meminta Kk Rasyad untuk menemani saya makan bubur ayam di samping mesjid. Di pinggir trotoar jalan, saya duduk dan menyetop tukang bubur yang lewat. Sementara saya makan, Kk Rasyad pun asyik bermain di halaman rumput dan memanjat pohon. Kami mengobrol dan tertawa bersama. Kebersamaan yang indah ^_^
Posting Komentar