Halo! Masih menyimak perjalanan kami ke Sukabumi? Bagian pertama bisa dilihat di sini. Yuk, ikut lagi! Ke mana? Ke Selabintana. Belum pas rasanya pergi ke Sukabumi tapi nggak ke Selabintana. Lanjut naik angkot pinky lagi...
|
Suasana dari dalam angkot pinky |
Cuaca siang cukup terik menerpa kami. Saat sebelum waktu shalat jumat, jalanan agak padat karena bertepatan dengan jam pulang anak sekolah. Ketika kami keluar dari Restoran Mamih Ungu menuju Selabintana, lalu lintas terbilang cukup lancar. Sudah siang, sudah waktunya bobok siang #eh
Nah, mumpung lagi di Sukabumi, sebelum ke Selabintana, kami singgah sebentar di rumah teman kuliah Bapa waktu di Bandung dulu (teman kuliah saya juga), yaitu Om Cucu Yulia Yahya. Kebetulan rumah beliau tidak jauh dari Selabintana.
Silaturahmi ini berjalan singkat. Om Cucu harus kembali bekerja setelah jam istirahat makan siang dan shalat jumat. Sementara kami mau main ke Selabintana sebelum naik kereta pada pukul 15.45 WIB. Duh, punten, jadi mampir cuma sebentar. Saat pulang, kami diberi oleh-oleh sebuah lampu tidur burung hantu yang lucu. Horee...3 boyz seneng banget dan nggak sabar ingin mencobanya di rumah. Wah, terima kasih banyak ya, Om! Kapan-kapan nanti kita main bareng lagi ^_^
Tampak dalam foto atas: Om Cucu dan Seka (putri semata wayangnya), Bapa dan Aa Dilshad. Kk Rasyad dan Dd Irsyad lagi sibuk sendiri dan susah diajak berfoto bareng. Foto kiri bawah: lampu burung hantu di dalam angkot (dalam keadaan belum menyala). Foto kanan bawah: lampu saat dinyalakan di rumah. Lucu kan?
Selabintana! Sampai juga kami di sini. Terakhir saya ke sini bersama Bapa (sebelum menikah) dan teman-teman kuliah saya. Waktu kecil saya juga sudah pernah menginap di tempat ini. Suasana sejuk membuat kami seolah lupa bahwa saat itu sebenarnya sudah tengah hari den biasanya matahari bersinar dengan 'ganas'nya. Tidak di Selabintana. Suasananya seperti sore hari terus. Ademm benerr...
Saat melintas di pintu masuk, Kk Rasyad tertarik dengan tanaman hias yang dipajang dengan cantik. Beberapa tanaman diberi label nama latin dan nama umum. Sesekali Kk menghapalkan beberapa nama. Saya nggak enak lama-lama menemani Kk, takut disangka mau beli, hehe. Padahal penjualnya cukup ramah dan membiarkan kami melihat-lihat. Yuk, Ka, kita lanjut lagi.
|
Penjual tanaman hias di pintu masuk |
Masuk ke Selabintana, lapangan luas dikeliling pepohonan rindang menyambut kami. Beberapa pedagang, yaitu penyewa tikar dan penjual minuman mengikuti kami sembil menawarkan dagangan mereka. Setelah menjelaskan bahwa kami hanya sebentar, mereka pun pergi,
|
Masuk ke Selabintana |
|
Kolam ikan di depan toilet umum |
|
Hijau dan rimbun |
|
Yuhuuu! Kami ada di pinggir jurang! |
|
Bapa and 3 boyz |
|
Main pancing-pancingan |
|
Ceritanya Ibu mau nampang sama pohon, tahu-tahu ada yang nyempil :D |
Senang melihat boyz bermain di padang rumput yang luas dengan gembira. Mereka bemain kejar-kejaran dan petak umpet. Berlari, terguling, dan tertawa bersama. Memang harus sering-sering membawa anak-anak ke tempat yang luas seperti ini. Biasanya, boyz kalau diajak ke mesjid senang berlari-lari di lantai mesjid yang luas. Tapi mesjid kan, dibatasi tembok. Di lapangan rumput luas ini, mereka seolah bisa lari ke mana saja tanpa batas. Tinggal Bapa dan Ibunya nih, yang harus teriak kenceng supaya mereka tidak berlari terlalu jauh, hehe.
|
Lari yang jauh! |
|
Ada pohon nganggur nih! |
|
Ibu kangen manjat pohon... |
|
Masih di atas pohon |
|
Nangkring di akar pohon yang besar |
|
Ibu dan Bapa ikutan mejeng, ah! |
Duh, main terus, nih. Ayo, kita pulang sekarang. Memang masih agak lama. Kami berniat shalat ashar di stasiun saja supaya tidak mampir lagi ke mesjid. Saat berjalan pulang, kami bertemu dengan pasangan yang sedang berfoto untuk pre wedding dengan kostum yang heboh. Boyz yang tadinya mau nyelonong mendekat buru-buru 'dibelokkan' ke ayunan :D
|
Main ayunan sebelum pulang |
|
Foto bersama si angkot pinky di depan tulisan Selabintana |
Saatnya pulang! Kami minta si angkot pinky mengantarkan kembali ke stasiun. Adzan ashar berkumandang tepat ketika kami masuk ke stasiun. Kami mencari mushola dan segera bergantian shalat. Tidak lama kemudian, kereta yang akan kami naiki sudah tiba dan menunggu untuk diberangkatkan. Kami memutuskan untuk langsung naik dan menunggu di dalam kereta saja. Di luar kan, panas. Sedangkan di dalam kereta terasa sejuk karena ber-AC baik kelas ekononi maupun eksekutif.
|
Naik kereta Siliwangi ke Bogor |
Saya sengaja membeli tiket kelas eksekutif untuk perjalanan pulang. Kenapa? Pengen nyoba aja. Berangkatnya kan, pakai kelas ekonomi. Meski sama-sama memakai pendingin ruangan, suasana di kelas eksekutif lebih nyaman karena bangkunya menghadap ke depan semua (di kelas ekonomi kita duduk berhadapan dengan penumpang lain). Kursinya juga berbeda. Lebih empuk dan nyaman tentunya, plus dilengkapi dengan sandaran kaki. Harga tiket memang berbeda cukup jauh. Tiket ekonomi dua puluh ribu rupiah, dan tiket eksekutif lima puluh ribu rupiah. Saat perjalanan pulang, pasti kita sedang dalam kondisi lelah.Tidak ada salahnya kan, memanjakan diri dengan naik kereta eksekutif? :)
|
Suasana di dalam kereta kelas eksekutif |
Sepintas, naik kereta eksekutif ini mengingatkan saya pada jaman keemasan (halah) saat saya masih suka bolak-balik Bandung - Jakarta naik kereta Parahyangan, Saat sedang 'kaya' saya pilih naik kereta kelas eksekutif. Yah, ternyata suasananya tidak jauh berbeda dengan kereta Siliwangi yang kami naiki ini.
Setelah perjalanan selama dua jam, kami sampai di Bogor. Kami singgah sejenak di mushola untuk shalat maghrib, lalu makan malam bersama di California Fried Chicken Taman Topi (tadinya mau makan di Kentucky Fried Chicken, sayang rame banget).
Perut saya dan boyz sudah kenyang, dan Bapa juga sudah berbuka puasa. Kami kembali ke stasiun Bogor untuk naik kereta krl menuju stasiun Bojong Gede. Saya kemudian naik angkot berdua Dd Irsyad. Sedangkan Bapa, Aa Dilshad, dan Kk Rasyad naik motor yang sudah dititipkan di stasiun sejak pagi.
Alhamdulillah. Meski lelah dengan perjalan hari ini, kami semua merasa senang. Pertama kali backpacker ini ternyata sangat mengasyikkan! Duh, kami jadi ketagihan, nih! Bahkan Dd Irsyad sampai sekarang selalu bertanya, "Bu, kapan kita naik kereta lagi?"
asyik ya traveling satu paket dengan anak-anak dan suami. kita juga bisa ikutan menikmati pemandangan dan jadi tau transportasi ala backpackernya yang seru banget.
BalasHapusbetul, mba novie. yuk backpackeran ^_^
HapusIh, mak Inna pasti seruuu banget yah main sama 3 anak cowok yang lagi masa2nya aktif main!
BalasHapusAku belum pernah malah ke selabintana itu, enak juga ya tempatnya..
hihi hayuk ran. tempatnya enakeun loh. dingin :)
Hapusselama ada kebersamaan, jalan2nya seru, Mak :)
BalasHapusbetul bunda kenai ^_^
HapusDuuhh jangankah 3boys aku aja liat lapangan ijo royo2 gitu langsung pengen lari2..uadaranya jg pasti seger ya mak..
BalasHapusLiburan sama anak2 mang rada riweuh tp kl liat mereka hepi ilang smua capeknya :)
ga tahan sama yg ijo2 ya mak, hihi
Hapusiyah, biar riweuh yg penting hepi ^_^
Kalau lihat tanaman hias jadi pingin beli. Tapi yaaa ngerawatnya blm bisa. Hihihi
BalasHapusSeneng jalan2 bareng keluarga ya, Mba. Luas padang rumpitnya. Seger.
hihi sama dong kayak Kk Rasyad yg pengen beli taneman hias kemaren. Tapi kularang krna bawanya riweuh naek kereta :D
Hapusiyah, Mba Idah...seneng banget liat padang rumput hijau nan luas ini ^_^
aku ke salabintana waktu SD mak heheh eudah lama banget ya
BalasHapuswiih udah lama banget ituh, mak Lidya :D
HapusBanyak ijo-ijonya pasti nyaman dan adeemm ya mak :)
BalasHapushalo mbak, salam kenal. saya suka baca blognya mbak dari dulu, yang backgroundnya kayu dulu hihi tapi baru sempet meninggalkan jejak sekarang hehe. senangnya yang sudah berkeluarga ya :) perlu dikunjungi sepertinya selabintananya hehe :D
BalasHapusHalo, Mbak Atik! Makasih sudah suka sama blog emak riweuh ini :)
HapusWah kenapa baru meninggalkan jejak sekarang, hehe
Iya, Selabintana asyik. lho. Yuk, main ke sana ^_^