Ketika Tangan dan Kaki Overuse. Memang bisa? Tentu bisa, dong. Tangan dan kaki yang kita gunakan untuk beraktivitas ternyata bisa overuse atau dipakai secara berlebihan. Biasanya jika sudah overuse, akan muncul beberapa gangguan seperti rasa nyeri, kesemutan, bahkan bengkak dan radang. Mungkin dia lelah... Yak, betul sekali!
Kondisi ini sudah saya derita cukup lama. Rasa nyeri pada telapak tangan dan telapak kaki saya anggap sepele. Saya biarkan karena nyeri hanya sesekali. Semakin lama, rasa sakit itu semakin menjadi. Setelah berbulan-bulan menahan nyeri, saya akhirnya memeriksakan diri ke dokter. Saya beberapa kali berobat dan ganti dokter untuk mencari diagnosa yang tepat. Dan akhirnya mendapat jawaban bahwa kondisi nyeri itu disebabkan karena overuse dari dokter keempat yang saya temui.
Dokter pertama mengatakan saya terkena asam urat. Saat dicek, asam urat saya memang tinggi. Saya diberi obat radang dan asam urat. Obat habis, nyeri masih ada. Dokter kedua mengatakan saya terkena radang sendi atau artritis! Saya diberi obat artritis yang efek sampingnya ke lambung hingga menyebabkan saya muntah dan pusing. Obat tidak saya teruskan, lalu saya kembali ke dokter. Dokter ketiga memberi obat lain sebagai alternatif pengobatan artritis saya. Obat habis, tidak berpengaruh apa-apa, saya tetap merasa kesakitan pada telapak tangan dan kaki.
Dokter keempat yang saya temui menyarankan tangan saya untuk dironsen. "Kaki tidak perlu dironsen karena kasusnya sama," kata dokter. Alhamdulillah, hasil ronsen menunjukkan tidak ada pengapuran hingga saya tidak perlu dirujuk ke dokter spesialis untuk pengobatan lanjutan. Saya cukup menjalani fisioterapi saja.
Baiklah, mari mulai fisioterapi. Seumur hidup, baru kali ini saya menjalani yang namanya fisioterapi. Sebelum memulai terapi, saya diwajibkan berkonsultasi dulu dengan dokter fisioterapi untuk mengatahui jenis dan lamanya terapi. Hari pertama fisioterapi, saya membawa Dd Irsyad. Kunci rumah saya titipkan pada Mbak Titin di toko. Jadi, saat Kk Rasyad pulang sekolah, ojek jemputannya saya suruh mampir ke toko untuk mengambil kunci rumah. Kk sudah makan siang di sekolah dengan bekal yang dibawa dari rumah. Tenang rasanya meninggalkan Kk sendirian di rumah dalam kondisi sudah makan siang.
Saya dan Dd Irsyad menunggu selama satu jam untuk dipanggil masuk ke ruang fisioterapi.Rupanya sedang banyak pasien yang menjalani terapi, jadi ruang terapi penuh. Saya baru dipanggil setelah ada pasien yang selesai terapi dan pulang. Duh, maaf ya De, untung kamu belum bete karena menunggu lama (terima kasih pada permen yang sudah dibeli sebelumnya, hehe).
Aneka ekspresi Dd Irsyad saat menunggu giliran terapi |
Akhirnya, tiba juga giliran saya. Dokter fisioterapi di RS Azra Bogor yang saya temui bernama Dokter Herlina. Perawakannya tinggi besar dan orangnya ceria. Selama konsultasi, beliau sering bergurau dan kami tertawa bersama. Sebetulnya, saya pernah bertemu dengan beliau saat menemani Eyang fisioterapi dulu, tapi sepertinya beliau lupa karena banyaknya pasien yang sudah beliau tangani.
Dokter Herlina bertanya tentang aktivitas saya sehari-hari. Yah sebagai emak, apalagi aktivitas saya kalau bukan urusan bebenah rumah, masak, dan urus anak. Setelah menelusuri cerita kegiatan harian saya, disimpulkan bahwa telapak tangan saya sakit karena ototnya lelah karena penggunaan secara berlebihan (overuse).
Kok bisa overuse? Emang ngapain aja sih, Maak??? Begini, sejak berhenti merantau tiga tahun yang lalu, saya mulai riweuh mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri. Lho, bukannya di rantau nggak punya ART (asistern rumah tangga)? Iya, di rantau memang jarang punya ART. Saat ada ART, dia yang bantu memgerjakan tugas rumah tangga. Jika tidak ada ART, biasanya tugas menyapu, ngepel, dan mencuci baju sering dikerjakan oleh Bapa. Saya fokus pada boyz yang masih piyik-piyik itu.
Terus, bukannya pas berhenti merantau dan tinggal di Bogor punya ART? Iya, betul. Ada ART yang menginap, Bibik namanya. Karena Bibik khusus untuk mengurus Eyang yang tinggal di rumah sebelah (rumah saya dan rumah Eyang bersebelahan). Maka, urusan bebenah rumah saya adalah pekerjaan buat saya sendiri. Bibik hanya bantu masak dan jaga boyz jika saya pergi ke toko.
Nah, selama tiga tahun itu saya pegang lagi yang namanya gagang sapu dan gagang pel secara rutin. Setiap pagi, saya menyapu dan mengepel rumah sendiri sementara Bibik bebenah di rumah Eyang. Beres di rumah, saya pergi ke toko. Di toko, saya kembali menyapu dan mengepel. Hobi amat yak, hehe.
Pasca Bibik diberhentikan bulan Syawal kemarin, kesibukan saya jadi semakin heboh. Makin riweuh dah pokoknya. Tambah lagi dong, aktivitas saya. Yaitu mencuci baju, cuci piring, dan menyetrika. Belum lagi urusan di rumah Eyang. Kebiasan saya kalau lagi kerja ya tanpa henti gitu. Tanpa jeda. Bak bik buk. Cak cik cek. Voila! Beres! Makanya si tangan jadi overuse...hiks...
"Maneh mah teu biasa gawe (kamu sih nggak biasa kerja)!" canda Bapa setelah saya ceritakan penjelasan dari dokter. Haha! Benar juga! Suami saya tahu latar belakang keluarga saya. Yah beginilah saya. Dari kecil memang tidak terbiasa kerja di rumah karena banyak ART. Ketika berumah tangga dan merantau, jadi kaget kan! Untung saya punya suami yang sabar, mau ngajarin saya berbagai hal. Masak saja saya tidak bisa. Beberapa masakan sederhana, Bapa sendiri yang ngajarin. Juga termasuk cara menyetrika pakaian. Mungkin itulah sebabnya saya belum paham cara memegang gagang sapu dan pel dengan benar. Salah pose Jadi sakit deh.
Oia, oversuse pada tangan saya ini nggak sama lho dengan overuse pada pengguna gadget yang berlebihan. Ada yang bilang kalau tangan saya ini sakit gegara kelamaan pegang smartphone. Deuu... kapan pegangnya? Mana sempaattt! Keburu riweuh ngerjain yang lain. Itulah sebabnya saya nggak bisa aktif pada grup chatting mana pun. Lha, pegang HP aja jarang. Kondisi overuse pada pengguna smartphone yang berlebihan itu khasnya adalah seputar jempol yang sakit. Sedangkan saya lebih ke 'celongan' telapak tangan. Dokter bilang, kondisi tangan saya ini seperti orang yang kebanyakan meres cucian, hihi.
Sebab lainnya: angkat beban! Lha, emangnya atlet angkat besi? Bukan. Saya sering membawa barang berupa belanjaan dalam dus yang cukup berat dengan tangan saya sendiri. Seminggu sekali biasanya saya pergi ke pusat kota naik angkot untuk belanja stok obat yang sudah habis. Belanjaan dalam dus itu diikat dengan tali plastik. Lalu saya menentengnya bergantian. Kalau terlalu berat, sering juga dus itu saya peluk sambil jalan. Tapi lebih sering ditenteng. Mugkin saat itu urat saya ketarik.
Dus isi belanjaan obat yang saya bawa naik angkot |
Itu masalah tangan. Kalau kaki yang sakit, bagaimana? Itu overuse juga. Kebanyakan jalan kaki, menurut dokter. Lho, bukannya jalan kaki malah bagus buat kesehatan? Iya, jika memakai alas kaki yang tepat! Duh, rupanya sandal semi wedges andalan saya yang sudah bulukan adalah penyebabnya! Saya seneng jalan. Sandal berbalut kulit berwarna coklat yang agak tinggi ini jadi pilihan saya saat baru pindah ke Bogor. Artinya, sandal ini sudah menemani langkah saya selama tiga tahun. Enak, saya suka. Agak tinggi jadi saya bisa melangkah dengan pasti di jalanan Bogor yang selalu becek ini (namanya juga kota hujan). Maaf ya, nggak ada foto sandalnya, malu...
Dokter meyarankan saya untuk mengganti alas kaki. Iya sih. Dok, udah lama juga pengen ganti sandal. Tapi gimana yaa... ini sandal enakeun pisan euy, sayang kalo diganti, hihi. Dokter menyarankan sandal atau sepatu sandal seperti yang beliau pakai. Agak tiggi, tidak terlalu ceper, jangan flat, memiliki sol yang kuat, dan alas pada telapak kaki yang lembut. "Merknya apa, Dok?" tanya saya. Disebutlah sebuah merk ternama. Cegluk. Aduh, itu mah pasti mahal pisan. Nggak papa deh, ntar saya cari. Demi kaki.
(Aduh, mengetik ini di laptop langsung membuat telapak tangan kebas dan kesemutan. Berkali-kali tangan diturunin dulu ke bawah untuk memperlancar aliran darah. Hffttt....)
Dokter Herlina menyarankan terapi selama enam hari berturut-turut. Jika masih terasa nyeri, maka kaki saya akan disuntik. Duh, semoga nggak sampai disuntik deh. Bukan karena takut akan jarum suntik, tapi takut sama biayanya, hehe.
Foto ronsennya kayak lagi bilang: I love you! |
Selama menjalani terapi ini, dokter tidak memberi saya obat untuk diminum. Dokter sebelumnya memang memberi saya obat semacam vitamin syaraf. Dan saya diminta memantau selama lima hari, apakah ada pengaruhnya atau tidak.
"Dikasih obat apa?" tanya Dokter Herlina.
"Forneuro, Dok. Tapi nggak ada pengaruhnya." jawab saya.
"Ya memang nggak bakalan ngaruh pakai obat apa pun. Kecuali satu..."
"Apa Dok?"
"Obatnya cuma: CARI PEMBANTU!"
Kami pun tergelak bersama.
Waduh, overuse ya Mak? Luar biasa ah Mak satu ini...Memang sebagai kepala rumah tangga seperti kita ini banyak sekali tugas dan tanggungjawabnya ya... Syafakillah ya Mak..
BalasHapusKalau saya minum Omega Squa dan Klorofil dari K-Link Mak. Omega Squa untuk penyumbatan di pembuluh darah sedangkan Klorofilnya untuk menambah tenaga, beberes rumah dll butuh tenaga ekstra kan? hehehe. maaf bukan saya ngiklan di sini, ini cuma karena minum itu di badan jadi enak.
Oiya, bisa juga dengan duduk sinden/duduk kayak duduknya orang jepang itu lho mak, selama 10 menit setiap hari.
Duh panjang amat komentar saya, maaf ya..
ngomong2, kalimat terakhirnya itu bikin saya ngikik juga. :)
kalo saya duduknya letter w krn wktu kecil suka ngesot (kyk suster ngesot, hehe).
Hapusbelum kepikiran obat lainnya mak uwien, jalani fisioterapi sambil minum pain killer aja dulu :(
hehe gppa panjang komennya. makasih udah mampir yaa
Duh mak Inna, semoga cepat sembuh ya. Mungkin nanti dipikirkan lagi cara bawa beban yg nggak bikin sakitnya jadi kambuh lagi. Semoga Allah mudahkan segalanya ya mak
BalasHapussudah mak, saya ga boleh lg pergi belanja sendiri lg naik angkot. Jd dianter suami tiap wiken belanjanya.
Hapusaamiin, makasih banyak buat doanya mak winny yg cantik :*
Wah Mak, kaget aku baca blog post ini... Ternyata bisa ya tangan & kaki overuse karena pekerjaan rumah tangga. Aku juga yang megang sapu, nyetrika & masak di rumah sih, tapi ngerjainnya nggak ngoyo huahahaa *pemalas*
BalasHapusSemoga lekas sembuh ya Mak :) Obatnya mahal juga ya, cari pembantu huahahahaa
ternyata kondisi tangan saya penyebab utamanya krn otot yg ketarik akibab bawa beban berat. diperparah dg kondisi dipakai 'kerja rutin' tanpa istirahat pegang sapu n pel itu.
Hapusiya, bagus lagi mak tiananda ga ngoyo, keep santai ya...
aamiin, makasih doanya.
heu euh mahal amat ya obatnya :D
Hihi.. hayo mak.. cari ART saja.. demi kesehatan :)
BalasHapusaduh...masih mikir2 nih Des *hiks*
Hapusover use karena bbm an hehehe
BalasHapusbeda mak lidya. kalo krna bbm-an, yg sakit seputar jempol.
Hapuskebetulan ampe skr ga ngeh jg ama yg namanya bbm hehe (diinstal cuma nyaris ga pernah dibuka) :D
duh keburu ke send. cepet sembuh ya mak
BalasHapusaamiin, makasih doanya, mak lidya :*
Hapuswah bener bgt mak..harus cari asisten biar gak overuse tangan dan kakinya..
BalasHapusaduh iyah...itu dia..bingung saya, mak fitri :'(
HapusAnakku pengen ciptain robot yg bisa mengerjakan segala pekerjaan rumah termasuk masak biar mamanya pencet2:doang program si robot yg kerjain :)
BalasHapusWah semangat mak, semoga cepat punya pengganti si bibi. Cepat sembuh ya mak, jaga kesehatan :)
BalasHapuscepet sembuh ya,,,
BalasHapuskalau terlalu over si emg tubuh th kasih tanda tanda
kadang kadang kita kurang ngerti dan akibatnya bisa kaya gtu
Mak, klo tanganku sering aku bunyiin kletek-kletek, emang sih ga bagus tapi enak hihihi. Makanya tgn kiriku ada benjolan. Kalo angkat berat, benjolannya gedhe. Kalo ga capek, kecil.
BalasHapusAku jg sering kesemutan, diimbangi olahraga Mak. Cepet sembuh ya, Mak.
Cepet sehat lagi ya tangan & kakinya. Cepet cari ART juga .. :)
BalasHapuscepat sembuh maaak
BalasHapus