Halo! Apa kabar? Lama tidak berjumpa! Blog terbengkalai sampai lumutan begini, hehe. Sudah lama nggak menyentuh blog, rasanya menulis jadi 'kagok' nih. Jadi, maaf ya, kalau tulisan saya jadi ngelantur. Terus, kemana saja saya selama ini? Ada kok, di rumah. Rumah sedang direnovasi. Jadi yah, berantakan nggak jelas gitu deh selama proses renov (ah nggak renov juga teuteup berantakan kok, hehe).
Sudah lima tahun lamanya dapur rumah kami bocor. Penyebabnya kerena salah design oleh tukang bangunan yang membuat atap dapur sebelumnya. Titik bocor yang semula cuma ada satu, semakin lama bertambah hingga delapan titik! Setiap hujan, saya segera menaruh beberapa baskom di tempat jatuhnya air dari genteng. Jika sedang memasak, segera saya bergegas. Kalau tidak, masakan saya bisa kena air tetesan bocor!
Bertahan dengan kondisi bocor selama bertahun-tahun itu tidak menyenangkan, lho. Apa boleh buat, kami belum punya biaya yang cukup untuk merombak atap dapur. Diperbaiki berulang kali juga tidak menyelesaikan masalah. Alhamdulillah, akhirnya setelah menabung kami baru bisa merenovasi. Namanya renovasi, bukan hanya atap dapur yang diperbaiki. Sekalian riweuh gitu lho. Jadi kami juga sekalian memperbaiki plafon ruang tamu yang bolong.
Tergiur dengan rencana renovasi rumah kami, Eyang yang tinggal di rumah sebelah juga tidak mau kalah. Eyang ingin kamar mandi dan atap halaman belakang yang terbuka diperbaiki. Berhubung rumah Eyang ini adalah rumah kontrakan, kami harus melobi pemilik rumah untuk biaya renovasi. Akhirnya, terjadi kesepakatan bahwa kami memperpanjang kontrakan selama tiga tahun. Dengan uang kontrakan setahun dipakai untuk renovasi, dan uang kontrakan selama dua tahun diterima sang pemilik rumah.
Saya tidak menyangka, jika renovasi rumah kali ini ternyata penuh drama! Pasang surut emosi benar-benar diuji. Mau tahu drama apa saja yang terjadi? Berikut urutannya berdasarkan sumber drama:
1. Drama tukang bangunan.
Saya mendapat info tentang pemborong untuk mengerjakan renovasi rumah dari Ibu A. Ibu A sedang membangun rumah tingkat. Saya meminta boss para tukang tesebut untuk bekerja pada saya usai proyek di rumah Ibu A selesai. Sang Boss menyanggupi untuk bekerja langsung pada saya. Dia berpromosi punya banyak tukang. Jadi, menangani dua proyek sekaligus tidak masalah. Harga borongan kemudian disepakati. Para tukang mulai bekerja di rumah saya.
Seminggu pertama, pekerjaan lancar tanpa masalah. Selanjutnya, mulai deh, kerjaan tersendat dengan alasan tukang banyak yang sakit. Dihitung, ada sekitar enam hari mereka tidak masuk kerja! Belum lagi perasaan tidak enak sama Ibu A, yang ternyata proyeknya juga terbengkalai. Kesannya, saya merebut sang tukang hingga rumah Ibu A tidak kunjung selesai.
Setelah saya dan Ibu A kerap di PHP (pemberi harapan palsu)-in, akhirnya proyek kami kelar dalam waktu yang hampir bersamaan! Total waktu yang kami habiskan untuk renovasi rumah adalah lima minggu! Sedangkan Ibu A baru kelar setelah dua bulan lebih! Duh, lebih pegel hati Ibu A daripada saya, pastinya.
Suasana rumah yang berantakan |
Saya sempat kesal ketika rumah berantakan tapi kerjaan tidak diselesaikan. Untuk membongkar atap dapur dan kamar belakang, semua barang-barang yang ada di sana harus dipindahkan ke ruang tengah dan kamar tidur! Kebayang dong, rumah kecil ini jadi makin sempit! Bosan memasak dan beraktivitas di ruang tengah yang merangkap ruang tamu, saya memindahkan kompor dan teman-temannya ke dapur yang belum jadi! Daripada masak nggak tenang karena boyz mondar-mandir. Kalau kena minyak panas atau kompor bagaimana?
2. Drama tetangga belakang
Bagian rumah Eyang (tepatnya rumah kontrakan) yang terbuka di bagian belakang. Pada tembok bagian belakang rumah saya, ada pintu penghubung. Jadi dari kami bisa leluasa mondar-mandir ke rumah Eyang lewat belakang. Bagian belakang rumah Eyang (yang seharusnya menjadi dapur) ditutup dengan atap seadanya. Separuh halaman belakang dibiarkan terbuka untuk menaruh jemuran.
Masalah timbul ketika tukang saya punya ide sendiri tentang model penyangga atap yang baru. Besi penyangga atap terpaku ke tembok tetangga belakang! Wah, ini salah! Kontan saja tetangga belakang (sebut saja Ibu B) langsung muncul mendatangi rumah Eyang dan marah-marah! Pertama istrinya, tidak lama kemudian datang sang suami. Saya yang semula tidak mengerti masalah yang sebenarnya, akhirnya meminta maaf karena itu memang kesalahan dari pihak kami (yaitu tukang saya).
Selesai? Belum. Bapak dan ibu B ingin kami membuat tembok sendiri (rumah Eyang memang masih dalam bentuk asli dan sekelilingnya adalah tembok milik tetangga. Duh, jelas saya keberatan. Rumah orang gitu, lho! Kami kan cuma ngontrak. Akhirnya, Bapa memutuskan kami membuatkan tembok saja sekalian. Tapi hanya separuh bagian, yaitu bagian yang diberi atap saja. Penambahan biaya diluar anggaran pun jadi tanggungan kami pribadi. Dengan tembok baru, paku yang menempel bisa dicabut dan kami tidak 'menyentuh' lagi tembok Keluarga B.
Selama proses pembangunan tembok, Ibu B bolak-balik datang mengecek. Dua kali marah karena atapnya retak terinjak oleh para tukang. Tentu saja kami bertanggung jawab dan memperbaiki kerusakan tersebut. Saat marah, kadang argumennya juga tidak masuk akal. Wah, pokoknya seru deh saat saya dan Ibu B berdebat. Juga saat Boss tukang membela saya.
Pernah juga Ibu B bilang bahwa tukang saya berbohong. Menurutnya, paku saya masih menempel di temboknya. Saya menanggapi, "Ya sudah, Bu. Kalau masih ada, potong aja pakunya!"
Ibu B heran, "Lho, kalo dipotong nanti atap Ibu rubuh dong?"
"Biar aja! Rumah orang ini!" sahut saya. Padahal saya tahu, paku yang dilepas tidak akan mempengaruhi atap karena ada tembok baru yang menyangga.
Wah keriting deh, bicara pada Ibu yang satu ini. Untung stok kesabaran saya ada banyak. Akhirnya, setelah beberapa kali kunjungan, datang Bapak B untuk yang terakhir kalinya, yaitu untuk mengecek finishing atap. "Sudah bener, Pak? Gimana? Sudah oke?" tanya tukang saya. Bapak B pun mengangguk dengan puas.
Ibu B juga tidak datang lagi. Tapi, dia tetap mengawasi dari rumah tetangga belakang yang lain! Tepatnya, tetangga belakang dari tetangga sebelah rumah saya (kebetulan rumahnya bertingkat). "Bu, ada mandor tadi di atas, " cerita tukang kepada saya sambil menahan geli.
Cuma itu? Masih ada lagi. Terprovokasi oleh Ibu B, Ibu C yang tinggal tepat di belakang rumah saya sempat tersulut emosinya. Ada apa? Ibu C memarahi tukang yang sedang mengerjakan atap rumah saya (setelah proyek di rumah Eyang selesai). Dengan nada galak, dia mempertanyakan keberadaan tembok tinggi yang ada di atas rumahnya. Jelas saja tukang saya tidak tahu, Lagian, ngapain juga bikin tembok di rumah tetangga?! Usut punya usut, Ibu C ternyata cuma mengontrak dan tidak tahu kalau tembok itu sudah ada sejak jaman dahulu kala. Owalah! Untung saja tidak ada adu mulu di antara kami. Saya suka dengan Ibu C.Orangnya baik. Syukurlah Ibu C ternyata hanya salah paham saja.
Masalah timbul ketika tukang saya punya ide sendiri tentang model penyangga atap yang baru. Besi penyangga atap terpaku ke tembok tetangga belakang! Wah, ini salah! Kontan saja tetangga belakang (sebut saja Ibu B) langsung muncul mendatangi rumah Eyang dan marah-marah! Pertama istrinya, tidak lama kemudian datang sang suami. Saya yang semula tidak mengerti masalah yang sebenarnya, akhirnya meminta maaf karena itu memang kesalahan dari pihak kami (yaitu tukang saya).
Selesai? Belum. Bapak dan ibu B ingin kami membuat tembok sendiri (rumah Eyang memang masih dalam bentuk asli dan sekelilingnya adalah tembok milik tetangga. Duh, jelas saya keberatan. Rumah orang gitu, lho! Kami kan cuma ngontrak. Akhirnya, Bapa memutuskan kami membuatkan tembok saja sekalian. Tapi hanya separuh bagian, yaitu bagian yang diberi atap saja. Penambahan biaya diluar anggaran pun jadi tanggungan kami pribadi. Dengan tembok baru, paku yang menempel bisa dicabut dan kami tidak 'menyentuh' lagi tembok Keluarga B.
Selama proses pembangunan tembok, Ibu B bolak-balik datang mengecek. Dua kali marah karena atapnya retak terinjak oleh para tukang. Tentu saja kami bertanggung jawab dan memperbaiki kerusakan tersebut. Saat marah, kadang argumennya juga tidak masuk akal. Wah, pokoknya seru deh saat saya dan Ibu B berdebat. Juga saat Boss tukang membela saya.
Pernah juga Ibu B bilang bahwa tukang saya berbohong. Menurutnya, paku saya masih menempel di temboknya. Saya menanggapi, "Ya sudah, Bu. Kalau masih ada, potong aja pakunya!"
Ibu B heran, "Lho, kalo dipotong nanti atap Ibu rubuh dong?"
"Biar aja! Rumah orang ini!" sahut saya. Padahal saya tahu, paku yang dilepas tidak akan mempengaruhi atap karena ada tembok baru yang menyangga.
Wah keriting deh, bicara pada Ibu yang satu ini. Untung stok kesabaran saya ada banyak. Akhirnya, setelah beberapa kali kunjungan, datang Bapak B untuk yang terakhir kalinya, yaitu untuk mengecek finishing atap. "Sudah bener, Pak? Gimana? Sudah oke?" tanya tukang saya. Bapak B pun mengangguk dengan puas.
Ibu B juga tidak datang lagi. Tapi, dia tetap mengawasi dari rumah tetangga belakang yang lain! Tepatnya, tetangga belakang dari tetangga sebelah rumah saya (kebetulan rumahnya bertingkat). "Bu, ada mandor tadi di atas, " cerita tukang kepada saya sambil menahan geli.
Cuma itu? Masih ada lagi. Terprovokasi oleh Ibu B, Ibu C yang tinggal tepat di belakang rumah saya sempat tersulut emosinya. Ada apa? Ibu C memarahi tukang yang sedang mengerjakan atap rumah saya (setelah proyek di rumah Eyang selesai). Dengan nada galak, dia mempertanyakan keberadaan tembok tinggi yang ada di atas rumahnya. Jelas saja tukang saya tidak tahu, Lagian, ngapain juga bikin tembok di rumah tetangga?! Usut punya usut, Ibu C ternyata cuma mengontrak dan tidak tahu kalau tembok itu sudah ada sejak jaman dahulu kala. Owalah! Untung saja tidak ada adu mulu di antara kami. Saya suka dengan Ibu C.Orangnya baik. Syukurlah Ibu C ternyata hanya salah paham saja.
Tentang Eyang, saya tidak akan banyak bercerita banyak. Blog ini kan, hanya untuk hepi-hepi. Saya tidak akan menggalau di sini, hehe. FYI, pasca berhenti merantau dan tinggal bersama, drama adalah makanan saya sehari-hari.
Nah, renovasi rumah pasti membuat suasana berantakan dan tidak nyaman. Maka, saya meminta Eyang untuk tinggal sementara di rumah adik saya di Bandung. Lalu mulailah drama demi drama. Seru. Huhuy. Cihuy.
Aduh aduh aduh! Sebulan rasanya lama sekali, ya! Setelah huru-hara, akhirnya kami mendapat hasil yang manis. Rumah yang tidak lagi bocor dan nyaman. Plus, yang paling penting: saya mulai diperlakukan 'berbeda' dan suasana mulai 'well behave'. Yang terakhir itu lebih dari segalanya. Alhamdulillah, terima kasih, ya Allah.
akhirnya rumah nggak bocor lagi ya mbak...semuanya pasti berbuah manis,,, :)
BalasHapusiya, alhamdulillah mak ^_^
HapusSeru banget acara renovnya Mba, drama emang bumbu pemanis gitu ya alhamdulillah jadi mendapat perlakuan lebih baik dari sekitar. Bermasayarakat emang kadang harus dealing with drama kali ya :p
BalasHapusbetul :)
Hapushehe iyah, kalo tinggal bertetangga mah adaa aja yg bisa bikin heboh
Hahaha akhirnya rumah ga bocor lagi ya Mak.
BalasHapusBtw masalah tetangga yg bikin dongkol ada aja ya.
Udah ga drama lagi kan?
hihi iyah, alhamdulillah mak.
Hapusdrama udah beres, cuma gosipnya aja yg ngga ngenakin haha abaikan :D
Walau banyak drama, yang penting rumah sudah nyaman :) selamat ya mak akhirnya selesai jg renovasinya
BalasHapusiya mama rafii, alhamdulillah...makasih ya :*
HapusMengingatkan sayapadadapur bocorsaya mak
BalasHapussemoga renovasinya nggak pake acara drama segala yaaaa
thanks for sharing
masama. semoga lekas bisa direnov tanpa drama ya mak ;)
HapusBeberapa wkt lalu, dapur rmh jg direnovasi alakadarnya sama Bapak sendiri sih hihihi gak pake drama
BalasHapuswah enak itu. jadi jauh menghemat biaya ya ^_^
HapusFiuhh emang mak kalau renovasi rumah itu ribett, tetangga kiri kanan juga ikutan ribet karena kena debunya hihi Alhamdulillah lancar yaa...
BalasHapusbetul mak..
Hapusiya, alhamdulillah udah beres ^_^
Wah selamat ya mak..mdh2an daku bs mengikuti jejakmu hingga tak ada lg bocoorr bocooorr di rmh daku...:D
BalasHapussemoga ..aamiin :)
Hapusasli ngikik baca bagian drama ibu C. lah kok bisa-bisanya beliau gak tahu ada tembok tinggi di belakang rumahnya ya?
BalasHapushihi saya juga geli. maklum, selama ngontrak belum lihat sendiri atap rumahnya :)
Hapusduh emg rempong ya mba kalo lg renov...jd inget masa2 sblm nikah dulu..aku ma suami repot nungguin tukang2 ini ngerenov.... drama2nya lbh ke arah budget yg membengkak sih hahahaha ;p. tukang2nya sndiri untungnya baik dan ga bnyk ulah
BalasHapusRenovasi rumah emang riweuh ya mak, tapi kalo udah jadi dan sesuai dengan harapan, puasnya luar biasa :D
BalasHapusiya betul mak. bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian ^_^
HapusYang sabar ya mak. Sayapun pindah ke rumah baru nggak beres2, rembes disana sini padahal tiap hari hujan. Tapi saya pendiem heheheee (percayakah?), yg bolak balik tanya suami saya yg ada diluar kota. Kalau saya ngeluh dikit, suami langsung telpon pengembang n memarahi pengembang. Makanya saya jarang ngeluh, males ribut2nya. Biar aja suami lihat sendiri pas pulang. Malah curcol :D
BalasHapuspercaya mak...percaya.. :D
Hapussemoga lekas beres ya dan ga bocor lagi
Seruuuuu...banyak banget dramanya, udah bisa dibikinkan drama kayaknya mbak, hehee...
BalasHapusmau ah...secara banyak percakapan yg ga bisa ditulis di blog krna kepanjangan haha
HapusAlhamdulillah semuanya berakhir dgn baik ya mak....
BalasHapusalhamdulillah mak :)
HapusMak riweuh...mak super...mantabs
BalasHapusHaloow, Pak Tri!
HapusMakasih ya hehe
harus banyak sabar memang ya mak..alhamdulillah sudah kelar ya renovasi rumahnya
BalasHapusAllhamdulillah semua selesai ya walau banyak drama. Allhamdulillah waktu kemarin aku reno tukangnya gak penuh drama, ada sih tapi masih tetap bekerja sesuai target
BalasHapusCari tukang itu susah ya kak,.
BalasHapusku juganlagimkumpulin kocek ni buat renov ga kumpul2..fufufu
Wah memang susah sih mbak klo urusan pertukangan, makanya saya waktu bangun rumah gak pake tukang, alhamdulillah Bapak sama adik bisa ngerjain rumah. jadi hemat biaya. ngerjainnya sedikit demi sedikit yg lama2 menjadi bukit haha, alhamdulillah ya sudah selesai dramanya
BalasHapusMak riweuh the best
BalasHapusEleuh meni riweuh, Mak xD
BalasHapusDrama Korea seru yah mak..drama Tetangga oh Tetangga mah banyakan makan ati nya yah :D
Untung udah beres ya mak, kalo ngga ta' semen juga tuh si Ibu B >.< *ups*
benar-benar penuh drama. tapi menginspirasi lho kisahnya, ijin share
BalasHapus