Portrait photography adalah tema Kelas Bogor pada tanggal 19 Desember 2016. Pelatihan diadakan di Padjadjaran Suites Hotel. Saya nyaris tidak bisa hadir karena ada keperluan lain. Tapi, pikir-pikir... rugi juga kalau saya melewatkan pelatihan gratis ini. Akhirnya, saya nekad datang dengan membawa 2 boyz (Kk Rasyad dan Dd Irsyad) ikut pelatihan. Habis mengajak mereka jalan-jalan ke mall, saya tidak mungkin pulang dulu lalu balik lagi naik angkot. Maaf ya, panitia. Saya ngerepotin karena bawa anak.
Kk Rasyad dan Dd Irsyad |
Kebetulan saat itu saya sedang mencari tempat untuk menunggu smartphone saya selesai diperbaiki. Saya mengajak boys bermain di Botani Square. Kelamaan di mall bisa bikin kantong jebol. Usai bermain di Fun Zone, mereka saya ajak makan di Pizza Hut lalu jalan kaki ke Padjadjaran Suite Hotel. Usai pelatihan nanti baru mengambil smartphone di tempat servis yang lokasinya tidak jauh dari hotel. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Asyik...
Saya dan 2 boyz tiba di hotel tepat waktu. Setelah shalat Dhuhur di mushola, kami mencari ruang pelatihan. Ealah, saya nyaris salah masuk. Kirain masih di tempat yang sama dengan pelatihan Kelas Bogor sebelumnya, yaitu pelatihan smartphonegraphy. Ternyata, ruangan yang saya cari ada di dekat mushola. Tapi lumayan, jadi sekalian bawa boyz melihat kolam ikan di dalam hotel.
Sampai di ruangan, acara belum dimulai. Mengambil tempat duduk di deretan paling depan, saya sempat berfoto bareng teman-teman Asinan Blogger yang sudah datang duluan, Melly dan Mbak Winny. Sudah kenal Asinan blogger belum? Selengkapnya saya ceritakan di sini: Asinan Blogger, Rasanya Seru!
Bergaya sebelum pelatihan dimulai (foto: Melly) |
Pelatihan dimulai. Untuk memastikan 2 boyz anteng dan mau duduk manis, saya mendowload game di smartphone menggunakan fasilitas wifi. Aman. Mereka nggak rewel meski sesekali berantem karena rebutan ingin main.
Mas Feri Latif tampil sebagai pemberi materi. Beliau adalah fotografer National Geographic dan anggota Aliansi Jurnalis Independen. Beberapa hasil karya beliau bisa dilihat di website www.ferilatief.jimdo.com. Lampu sengaja dimatikan selama belajar dari layar besar di depan ruangan. "Biar lebih khusuk nontonnya," kata Mas Feri.
Portrait photography atau fotografi potret adalah seni fotografi yang menampilkan objek manusia. Foto potret (selanjutnya disebut potret) selalu bercerita tentang sosok yang ditampilkan dalam foto. Misalnya siapa dia, kenapa, sedang apa, dan sebagainya.
Beberapa toko ternama dalam potret fotografi dikenalkan oleh Mas Feri. Termasuk foto hasil karya mereka yang fenomenal. Sayang, saya tidak bisa leluasa mengambil foto karena boyz menguasai smartphone. Sesekali saya masih bisa memotret untuk melengkapi postingan ini. Beberapa tokoh potret fotografi terkenal, yaitu:
- Robert Sobieszek, kurator di museum George Estman House. Menurut Robert, foto potret yang baik akan menunjukkan kedalaman (keaslian) seseorang. Yang membedakan dia dengan penampakan 'topeng'nya diantaranya: ekspresi, kerut muka, mimik. Meski diakui tidak mudah menemukan keunikan tiap manusia yang memiliki berbagai fase kehidupannya. Tapi ada saya foto yang bisa disebut sebagai 'significant portraits'.
- Arnold Newman. Tidak ada satu foto yang bisa dipakai menjadi kesimpulan karakteristik individu. Terlampau banyak fase di kehidupan manusia yang tak mungkin ditampilkan dalam satu foto. Maka kalau Arnold membuat potret dia tidak menyatakan tengah memotret tetapi tengah membuatsatu bangunan portrait.
- Richard Avedon. Beliau dikenal sebagai portraitist yang 'kasar'. Foto potret yang dibuatnya tidak sentimental, tidak romantik dan terkadang datar. Wajah yang ditampilkan terkadang kasar, sinis, dan miskin senyum. Beliau berusaha menangkap jiwa dan kebpribadian subyeknya.
- Annie Leibovits. Banyak selebritis dunia yang ingin dipotret olehnya. Foto-foto beliau sangat kuat dan berarakter. Foto yang dihasilkan selalu full color, artistik, unik, dan berhasil menampilkan karakter selebritas yang dipotretnya. Pendekatannya sangat imajinatif!
Potret punya banyak manfaat. Selain sebagai seni keindahan dan dokumentasi pribadi, potret bisa menjadi visualisasi antropologi. Misalnya, potret baju adat dari daerah bisa dilihat dari foto otentik.
Identitas suatu derah dapat dilihat dari sebuah foto. |
Hasil potret yang baik adalah yang bisa membuka topeng seseorang alias mengemukakan siapa jati diri orang itu sebenarnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada potret fotografi adalah:
- Harus bercerita tentang sosok diri seseorang. Bahkan dari gerakan tangan sederhana atau sebuah tarikan garis wajah dapat menyiratkan hal tertentu tentang kepribadian orang yang dipotret.
- Detail dalam foto yang jelas.
- Ekspresi, gestur, dan mimik orang yang difoto. Sebuah senyuman sinis atau pandangan kosong seseorang bisa bercerita banyak tentang dirinya. Jangan lupakan sorot mata model menjadi peran penting dalam potret. Mata adalah jendela dunia.
Hal penting lainnya yang membedakan potret dengan foto pemandangan (lanscape) adalah potret bisa disetting atau diatur. Potret juga mengharuskan fotografer untuk membangun komunikasi dengan objek foto. untuk mendapatkan foto yang bagus. Yang terakhir tidak berlaku pada potret candid (diambil tanpa sepengetahuan objek foto). Mas Feri menyampaikan tips penting: sebaiknya tentukan ingin membuat foto setingan atau candid. Jika ingin setting ya setting beneran. Kalau mau candid ya candid beneran. Jangan nanggung antara setting dan candid. Nanti hasilnya kurang bagus.
Tambahan tips: foto adalah informasi. Jadi, jangan sia-siakan ruang pendukungnya sebagai latar untuk memperkuat objek cerita. Sebuah potret bisa banyak bercerita bahkan mengungkap hal terdalam dari sang model di dalam foto.
Usai memaparkan teori, Mas Feri mengajak peserta untuk praktek memotret. Wah, asyik! Ini yang paling saya suka! Peserta diminta memotret teman yang duduk di sebelahnya. Saya bersebelahan dengan Mbak Winny. Jadi, kami bergantian memotret sekaligus jadi model. Ups, jangan lama-lama. Peserta harus kembali ke ruangan pada pukul 15.00. Yuk, buruan motret!
Semua foto peserta dikirim ke akun Twitter Kelas Bogor untuk dinilai oleh Mas Feri. Smartphone yang dari tadi dipakai oleh boyz saya ambil alih. Sudah pasti mereka jadi rewel. Motret jadi nggak konsen euy! Boro-boro mikirin konsep dengan matang. Saya jadi asal jepret. Seharusnya, saya menseting dulu lokasi pemotretan agar model dapat diekspos dengan baik. Deuilaah, bahasanya...
Setelah selesai memotret, satu per satu foto yang masuk ke Twitter langsung dibahas oleh Mas Feri. Foto peserta ternyata banyak yang menarik. Hebat, semua pinter motret. Beberapa kesalahan juga dipelajari bersama. Wah, nambah ilmu nih.
Judul foto: sabar menanti. Model: Mbak Winny |
Foto di atas adalah hasil jepretan saya. Lokasi pemotretan di ruang tunggu hotel. Saya meminta Mbak Winny untuk duduk di sofa seolah sedang menunggu kedatangan seseorang. Foto sengaja diedit menjadi hitam putih supaya karakter dalam foto bisa lebih terlihat. Mas Feri bilang foto ini sudah bagus. "Mata adalah jendela jiwa..." katanya. Sorot mata pada model harus bisa menceritakan sesuatu. Kesalahan pada foto ini adalah latar belakang yang mengganggu, yaitu sudut meja. Satu lagi, seharusnya Mbak Winny tidak perlu memegang smartphone. Jadi fokusnya tidak bergeser. Terima kasih banyak untuk masukannya, Mas.
Berikut adalah foto jepretan Mbak Winny. Entah kenapa saya memilih mengajak 2 boyz ikut dalam foto. Ternyata, foto bertiga ini tidak termasuk foto potret melainkan foto grup. Duh, maaf ya Mbak Winny. Begini nih kalau emak nggak bisa jauh dari anak-anaknya. Bawaannya pengen ditempel terus, hehe.
Foto jepretan Mbak Winny |
Pelatihan selesai. Para peserta pelatihan foto bersama di depan ruangan. Banyak juga yang hadir. Sampai nggak muat nih frame fotonya. Pelatihan potret fotografi memang seru!
Mas Feri (jaket oranye) bersama para peserta pelatihan (foto: Kelas Bogor) |
Nggak mau ketinggalan eksis, Asinan blogger yang hadir juga foto bareng sebelum bubar dari hotel. Eh maaf, itu si Kk Rasyad iseng banget nyempil di kaki mamah-mamah cantik. Punten ya, Tantee...
Asinan blogger. Dari kiri ke kanan: Melly, Iriani, Alma, Dwina, Winny, dan saya (foto: pinjem dari Whatsapp grup Asinan Blogger) |
Seusai acara, kami masih lanjut ngumpul untuk makan sore di Kedai Soto Ibu Rahayu. Sekalian mengambil smartphone yang alhamdulillah sudah bisa dipakai lagi. Senangnya bisa ngumpul bareng sambil belajar. Terima kasih, Mas Feri untuk sharing ilmu fotografinya. Terima kasih, Kelas Bogor. Semoga saya bisa hadir di acara berikutnya ^_^
Cuma familiat dg Nama Anne Leibovitz , lainnya ngga. Utk style foto, personally suka candid. Objek fotonya siapa lagi kalo bukan anak2 dan misua 😊
BalasHapusAsiik, ada fotoku ikut nampang hehe
BalasHapusSabar menanti. Fotografer dan modelnya keren, Mak Riani.
BalasHapusHmmm, jadi ingin ikut belajar motret ;-)
BalasHapusWaaa kece ulasannya! :D aku selalu diomelin kalau pegang kamera. Selalu nggam bisa ambil gambar bagus siihh.. kayanya iya.. kudu banyak latihan hahaha. Biar gak diomelin melulu.. "kamu selalu deh jelek hasil nya" hhahaha
BalasHapusasik yaa kelas bogor ini, moga pas mudik ada acaranya aamiin :)
BalasHapusSenang sekali lihat ibu2 terus belajar meski bawa anak2. Semoga makin byk panitia yg memfasilitasi semangat emak belajar emak2
BalasHapusIdiiih, sorot mata ternilai juga, ya.
BalasHapusAku sejauh ini belum bisa membingkai, baru jeprat jepret sesuka hati.
Tip dr Mas Feri menambah pengetahuan ya, Mbak.
Wah nambah ilmu lg nih...
BalasHapusMakasih mba :)
waah serunyaaaa...
BalasHapusemak2 sambil ngasuh sambil belajar
sukaaa deh poto mak winny yang sabar menanti :D
yaaa dah kelewat banget ya,aku pingin ikutan padahal
BalasHapusWah sayang sekali terlambat tahu informasinya. Meski bukan photographer professional tapi berminat banget buat ikut acara yang kayak gini. Semoga lain waktu bisa ikutan :)
BalasHapusAku nggak jadi ikut Mba, waktu itu pas adik datang dari umrah.
BalasHapusSuka banget dengan sharingnya, jadi tau tentang fotografi, makasih mba Inna