Sepertinya kami butuh piknik...terutama saya! Setelah cukup lama tergolek lemas karena sakit batuk, bosan rasanya nguplek di rumah melulu. Kalau pergi jalan-jalan juga nggak jauh, cuma di dalam kota aja atau ke rumah Kakek. Duh, pengen jalan-jalan yang rada jauhan dan beneran beneran pake jalan kaki...
Nah, pada hari Sabtu kemarin yang bertepatan dengan Hari Raya Nyepi (17 Maret), kami sekeluarga mengunjungi perkebunan teh Gunung Mas Puncak. Berangkat selepas subuh dari pinggiran kota Bogor, kami menuju pinggiran Bogor ke arah Puncak. Mau ngapain? Mau jalan-jalan pagi di kebun teh!
Kami masuk ke kawasan Agrowisata Gunung Mas. Tempat wisata yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara VIII ini memiliki perkebunan teh terluas di kawasan Puncak. Kawasan ini juga mudah ditemukan. Dari arah Bogor ada di sebelah kanan jalan. Ciri khasnya adalah pintu masuk dengan tulisan “Gunung Mas” dan ada patung botol minuman teh.
Menurut Bapa, dulu siapa saja boleh masuk secara gratis ke perkebunan teh Gunung Mas. Setelah dikelola menjadi kawasan agrowisata, pengunjung yang masuk dikenakan tiket masuk. Kami membayar Rp.10.000 untuk mobil dan Rp.15.000 per orang. Total biaya jadi Rp.70.000 karena Dd Irsyad yang imut tidak dihitung.
Belakangan, saya baru tahu kalau tiket masuk bisa ditukar dengan sebungkus teh Walini yang bisa diseduh langsung. Penukaran tiket di front office Agrowisata Gunung Mas. Yah, kelewat dong. Beginilah kalau lama nggak piknik. Lupa browsing dulu sebelum tiba ke lokasi.
Begitu masuk, kami sempat bingung mau parkir di mana. Sambil terus mencari lokasi parkir yang pas (dekat kebun teh), kami sempat melewati pabrik teh. Hmm, kayaknya familiar nih. Saya sudah pernah datang ke tempat ini. Lengkap dengan pemandu wisatanya dan masuk ke dalam pabrik teh. Tapi, saya lupa waktunya. Entah bersama teman sekolah atau piknik keluarga besar kantor orang tua. Duh, udah pikun yak!
Oia, di kawasan ini pengunjung bisa menginap dan bahkan berkemah. Kk Rasyad pernah menginap di sini dua tahun yang lalu saat acara sekolah. Penginapan dilengkapi dengan kolam renang dan lapangan untuk kegiatan bersama rombongan.
Waktu menunjukkan pukul 7.30 pagi. Wow, masih sepi pengunjung dan udara sangat segar! Yuk, kita mulai jalan-jalan melintasi perkebunan teh alias tea walk...
|
Segarnya udara pagi di kebun teh! |
Jika datang bersama rombongan, tea walk bisa ditemani oleh pemandu. Tentu saja ada biayanya. Kami sendiri memutuskan untuk jalan sendiri. Karena bareng 3 boyz, rute ya suka-suka kami saja tergantung kondisi anak-anak (terutama di bungsu Dd Irsyad). Jika lelah, kami bisa beristirahat kapan saja dan di mana saja.
|
Aa Dilshad minta difoto dari belakang dengan latar gunung |
|
Sejauh mata memandang... pohon teh! |
|
Latar belakang pegunungan |
|
Halo hai dari kami semua! |
Spot favorit saya adalah pepohonan dengan bunga kecubung yang mekar. Bunga unik yang menyerupai terompet ini sungguh memesona. Saya banyak mengambil foto di tempat ini. Ketika ada rombongan ibu-ibu yang lewat, mereka juga berhenti di tempat ini untuk berfoto. Saya bahkan sempat diminta bantuan untuk memotret seorang ibu di depan pohon kecubung. Latar belakangnya memang cantik!
|
Kk Rasyad dan pohon kecubung di pinggir sungai |
|
Diantara bunga-bunga |
Habis beristirahat sejenak sambil foto-foto, kami lanjut jalan lagi. Selama menyusuri kebun teh, kami berpapasan dengan pengunjung yang mengendarai kuda dan ATV. Keduanya dikenakan biaya sesuai dengan rute tempuh yang dipilih.
|
Naik ATV keliling kebun teh |
Selain pemandangan kebun teh, aneka bunga liar yang cantik kerap kami temui di sepanjang jalan. Saya yang waktu kecil tinggal di pinggir hutan jadi teringat kembali dengan bunga-bunga liar yang menjadi teman bermain dulu. Beberapa binatang kecil seperti kupu-kupu, kumbang, dan laba-laba juga terlihat diantara dedaunan.
|
Mengenalkan bunga liar pada anak-anak |
Namanya anak-anak, sambil jalan mereka senang bercanda. Apalagi ada tiga anak laki-laki yang hobi main beranteman lalu kejar-kejaran. Berhubung jalannya tidak rata dan berbatu, emaknya jadi bawel memperingatkan mereka supaya berhati-hati. Lalu... gedebuk! Dd Irsyad terjatuh ketika sedang dikejar oleh Aa Dilshad. Dd langsung nangis dan ngambek nggak mau jalan lagi. Setelah diperiksa, untung tidak luka dan Dd pun dibujuk untuk berhenti ngambek dan lanjut jalan lagi.
|
3 boyz kejar-kejaran (adegan sebelum Dd jatuh dan nangis) |
Sampai di tempat yang sepertinya paling tinggi, kami memutuskan untuk turun dan kembali ke titik start. Ceritanya udah satu putaran gitu. Setelah dilihat dengan aplikasi, trek tea walk kami cuma 2 km saja, hehe. Nggak apa-apa ya, Namanya juga bawa anak kecil dan satu emak yang baru sembuh dari sakit. Jadi tea walk nggak bisa terlalu jauh dan rumit jalurnya.
Selanjutnya, kami melewati pemukiman penduduk dan menyusuri jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat. Jalanan agak becek sisa hujan semalam. Matahari mulai terasa hangat dan gerimis kecil. Untung kami membawa topi, jadi boyz terlindung dari air hujan dan terik matahari.
|
Jalan dekat pemukiman penduduk yang agak becek |
Kami beristirahat sambil makan bekal cemilan di pinggir sungai. Ini tempat favorit 3 boyz karena mereka bisa bermain air. Kebetulan memang favorit saya juga karena disitu ada sekumpulan pohon kecubung yang sudah saya foto sebelumnya. Ya sudah, kami pun nangkring cukup lama di tempat ini. Apalagi ada toilet yang disediakan di dekat jembatan. Pas banget!
|
Mejeng di jembatan |
|
Main air di sungai |
|
Nangkring bareng di atas batu di pinggir sungai |
Setelah pulih dari rasa lelah habis berjalan kaki, saya mengasuh 3 boyz di tempat bermain anak-anak. Sedangkan Bapa lanjut jogging keliling kawasan perkebunan. Saya lihat ada cafe,taman kelinci, becak mini, tempat untuk naik kuda dan delman.
|
Becak mini (atas). Tarif untuk naik kuda dan delman (bawah) |
Yang menarik perhatian, ada beberapa wahana untuk spot foto kekinian. Yaitu balon udara, permadani terbang, sapu terbang, dan sepeda terbang. Nah, yang terakhir ini disangka Aa Dilshad tempat untuk main sepeda di atas tali. Ternyata cuma buat foto doang. Nggak apa-apa ya A... yang penting udah nyoba sepedahan di atas tali walau cuma sebentar. Untuk berfoto dikenakan tarif Rp.20.000 dan Rp.5.000 per foto dalam bentuk soft copy yang ditransfer ke smartphone.
|
Gaya Aa bersepeda di atas tali (foto by mamang jepret) |
|
Aneka pose di atas sepeda (foto by mamang jepret) |
Terus, nggak penasaran nyoba yang lain seperti foto di balon udara, naik permadani terbang atau sapu terbang? Engg anu... kebetulan keluarga kami nggak seperti keluarga kekinian pada umumnya yang demen foto narsis. Daripada buat bayar foto, lebih baik dipakai untuk masuk wahana lain yang lebih seru seperti permainan atau buat beli makanan, haha. Eia, ini pas lagi sepi (karena masih pagi). Bayangin kalau buat naik wahana untuk difoto saja harus antri panjang. Belum lagi pas mau nebus fotonya pake antri lama lagi. Hadeuuh...
Selesai menemani Aa berfoto, saya menuju Taman Kelinci karena Kk Rasyad dan Dd Irsyad sudah masuk duluan. Tiket per anak Rp.20.000. Karena cuma mau memotret sebentar, saya diijinkan masuk lewat pintu belakang tanpa membayar di loket depan. Makasih ya Mbak.
|
Bermain dengan kelinci yang jinak dan lucu |
|
Sini kelinci! Makan wortel dulu! |
Dua bocah SD ini seneng banget main di taman kelinci. Apalagi pas nggak ada pengunjung lain. Satu wahana berasa milik pribadi. Mereka pun bebas berlarian dan guling-guling di rumput. Bahkan main petak umpet segala, haha!
Ada miniatur rumah hobbit yang bikin Kk dan Dd puas berlarian naik turun dan berguling-guling. Berasa lagi main perosotan. Jangan tanya kayak apa baju mereka. Untung di mobil ada baju ganti. Aman deh.
|
Rumah hobbit di taman kelinci |
Tidak terasa, perut mulai keroncongan. Sebelum menemani 3 boyz bermain, saya sempat jajan cilok seharga 5 ribuan saja. Jangan kuatir kelaparan, banyak mamang jualan kaki lima dan penjual makanan di kawasan ini. Sebelum kembali ke mobil, kami sempat jajan bajigur dan tidak ketinggalan kudapan ketimus sebagai pelengkapnya.
Semakin siang, pengunjung semakin ramai. Beberapa bus besar berjejer rapi di tempat parkir. Gerimis turun tepat ketika mobil kami hendak beranjak pergi. Aih, kami sungguh beruntung datang pagi dan tidak kehujanan!
Ketika hendak keluar kawasan... o ow... jalan ke arah Bogor ditutup! Hmm, beneran harus hapal jadwal buka tutup jalan kalau mau berwisata ke Puncak. Akhirnya, kami memutuskan untuk mencari makan siang dan shalat ke arah Puncak Pass. Berlabuh di rumah makan jadul Ponyo, kami mengisi perut sembari menunggu jalur lalu lintas dibuka.
Meski pulang ke rumah diiringi macet selama 1 jam untuk menunggu jalur dibuka, saya merasa sangat bahagia karena sudah bisa piknik dan refreshing bersama keluarga tercinta. Alhamdulillah.
Usai piknik, pikiran jadi segar, rasa jenuh hilang, dan semangat untuk berkarya pun kembali berkobar. Setuju?
Bagus banget tempatnya. Pastinya buat yang suka foto foto juga bagus nih, tempatnya instagramable hehe.
BalasHapusBanyak banget spot foto dan wahananya ya. Aku jadi pengen ke sini juga XD.
BalasHapusWaduh serunyaa, sayang jauh banget di Bogor. Semoga kapan-kapan bisa ke sini deh.
BalasHapuswah lama sudah gak ke mari sejak kuliah dulu, sudah banyak fasilitas baru ternyata
BalasHapusSeger banget nih bund tempatnya :D Saya jadi pengen ngajak keluarga buat main ke kebun teh juga ^^
BalasHapusudah lama banget ih ga ke sanaaa
BalasHapusSegarnya jakan-jalan di tempat seperti ini :)
BalasHapuspemandanganya bagus
BalasHapus